Penelitian Psikologi Sastra

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Psikologi sastra merupakan salah satu kajian sastra yang bersifat interdisipliner, karena memahami dan mengkaji sastra dengan menggunakan berbagai konsep dan kerangka teori yang ada dalam psikologi. Sedangkan Endraswara berpendapat bahwa psikologi sastra adalah sebuah interdisiplin antara psikologi dan sastra. Mempelajari psikologi sastra sebenarnya sama halnya dengan mempelajari manusia dari sisi dalam. Daya tarik psikologi sastra adalah pada masalah manusia yang melukiskan potret jiwa, tidak hanya jiwanya sendiri yang muncul dalam sastra, tetapi juga bisa mewakili jiwa orang lain.

Latar Belakang Lahirnya Psikologi Sastra. Pendekatan psikologi sastra lahir disebabkan oleh meluasnya ajaran-ajaran Sigmund Freud di kalangan para sarjana sastra. Pendekatan psikologi sastra pertama kali dirintis oleh I.A. Richards dalam bukunya yang berjudul "Principles of Literary Criticism" pada tahun 1924. Dalam buku tersebut, I.A. Richards mencoba untuk mengkaitkan kritik sastra dengan uraian psikologi sistematik. Menurutnya, bahasa kritik sastra mendukung pandangan bahwa karya sastra sebagai  suatu obyek estetik tidak mempunyai pengaruh, sebab karya sastra tidak lain adalah sebuah pengalaman pribadi pembacanya.

I.A Richards menentang idealisme estetik atau penderian 'seni untuk seni' dengan mementingkan daya komunikasi karya seni. Menurut I.A. Richards, seni berarti hanyalah seni yang mampu berkomunikasi. Nilai karya seni terletak pada kemampuannya menjalin sikap-sikap yang saling bertentangan secara efisien. Karya seni termasuk juga sastramenggu haruslah mendamaikan pertentangan atau mendamaikan nilai-nilai yang saling berlawanan. Karena pendapatnya tersebut, I.A. Richards disebut sebagai  'Bapak Poetika Ketegangan'.

Kosep Dasar dan Kriteria Pelaksanaan/Penelitian Psikologi Sastra. Beberapa konsepsi dasar dan kriteria yang digunakan dalam penelitian psikologis (pendekatan psikologis) dalam kajian sastra adalah :
  • karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan pemikiran pengarang yang berada dalam situasi setangah sadar atau subconcious setelah mendapat bentuk yang jelas dituangkan ke dalam bentuk tertentu secara sadar atau concious dalam bentuk penciptaan karya sastra.
  • mutu sebuah karya sastra ditentukan oleh bentuk proses penciptaan dari tingkat pertama, yang berada di alam bawah sadar, kepada tingkat kedua yang berada dalam keadaan sadar.
  • di samping membahas proses penciptaan dan kedalaman segi perwatakan tokoh, perlu pula mendapat perhatian dan kajian yaitu aspek makna, pemikiran dan falsafah yang terlihat di dalam karya sastra.
  • karya sastra yang bermutu, menurut pendekatan psikologis, adalah karya sastra yang mampu menyajikan simbol-simbol, wawasan, perlambangan yang bersifat universal yang mempunyai kaitan dengan mitologi, kepercayaan, tradisi, moral, budaya, dan lain sebagainya.
  • karya sastra yang bermutu menurut pandangan pendekatan psikologis adalah karya sastra yang mampu menggambarkan kekalutan dan kekacauan batin manusia karena hakekat kehidupan  manusia itu adalah perjuangan menghadapi kekalutan batinnya sendiri.
  • kebebasan individu penulis sangat dihargai, dan kebebasan mencipta juga mendapat tempat yang istimewa.

Sedangkan menurut Endraswara, dasar penelitian psikologi sastra dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah :
  • adanya anggapan bahwa karya sastra merupakan produk dari duatu kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada pada situasi setangah sadar atau subconcious, setelah jelas baru dituangkan ke dalam bentuk secara sadar atau concious. Antara sadar dan tidak sadar selalu mewarnai dalam proses imajinasi pengarang. Kekuatan karya sastra dapat dilihat dari seberapa jauh pengarang ampu mengungkapkan ekspresi kejiwaan yang tidak sadar itu ke dalam sebuah cipta sastra.
  • kajian psikologi sastra disamping meneliti perwatakan  tokoh secara psikologis juga aspek-aspek pemikiran dan perasaan ketika menciptakan karya tersebut.
Kedua hal tersebut merupakan aspek psikologi pengarang, sehingga kejiwaan dan pemikiran pengarang sangat memengaruhi hasil dari karya sastra tersebut.

Rene Wallek dan Austin Warren menyebutkan bahwa ada dua macam penelitian psikologis yang digunakan dalam pengkajian karya sastra, yaitu :
  • analisas psikologis yang hanya berhubungan dengan pengarang.
  • studi psikologi dalam kaitannya dengan inspirasi dan ilham.
Dalam penelitian yang dilakukan, psikologi sastra lebih memperhatikan/menitik-beratkan pada hal yang kedua karena membahas psikologi dalam hubungannya dengan aspek kejiwaan tokoh-tokoh dalam karya sastra tersebut.

Oleh karena itu, penelitian psikologi sastra menurut  Rene Wallek dan Austin Warren dapat ditempuh dengan cara :
  1. menggunakan pemahaman terhadap hukum-hukum psikologi yang selanjutnya diaplikasikan  sebagai metode analisa terhadap sebuah karya sastra.
  2. menetapkan karya sastra yang akan digunakan sebagai obyek penelitian, selanjutnya baru menetapkan hukum-hukum psikologi yang relevan untuk menganalisanya.

Menurut Kinanti, psikologi sastra melakukan kajian sastra dengan memandang karya sastra sebagai kegiatan kejiawaan baik dari sang penulis maupun para pembacanya. Sedangkan, Semi berpendapat bahwa pendekatan psikologis merupakan pendekatan yang bertolak dari asumsi bahwa suatu karya sastra selalu saja membahas tentang peristiwa kehidupan manusia. Untuk melihat dan mengenal manusia lebih dalam dan lebih jauh diperlukan psikologi. Karya sastra merupakan cerminan psikologis pengarangdan sekaligus memiliki daya psikologis terhadap pembacanya.


Karya sastra, terutama yang berbentuk prosa seperti cerpen, drama, dan novel pasti selalu menampilkan kisah tokoh-tokoh dalam menjalani kehidupan mereka. Dalam menuliskan karyanya tersebut, para pengarang pasti menghadirkan tokoh dengan karakter dan perilaku yang unik untuk menambah daya tarik pada cerita yang ditulisnya. Aspek inilah yang diangkat oleh psikologi sastra sebagai bahan kajian, terutama mengenai latar belakang tindakan dan pikiran dari para tokoh dalam karya sastra terkait.
   
Semoga bermanfaat.