Townsend mengartikan gangguan jiwa sebagai respon maladaptive terhadap stressor dari lingkungan dalam/luar ditunjukkan dengan pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma lokal dan kultural dan mengganggu fungsi sosial, kerja, dan fisik individu. Stressor merupakan penyebab dari ketegangan (stres) sehingga memicu terjadinya gangguan jiwa. Stressor yang dialami oleh masing-masing orang akan sangat berbeda-beda.
Gangguan jiwa merupakan suatu kondisi adanya gejala klinis berupa sindroma pola perilaku dan pola psikologik yang sangat berkaitan dengan adanya perasaan tidak nyaman dan tidak tenteram. Seorang yang mengalami gangguan jiwa membutuhkan perawatan klinis untuk proses penyembuhannya. Notosoedirdjo menyebutkan, bahwa dalam masyarakat tradisional masih terdapat kepercayaan bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh gangguan roh jahat, akibat guna-guna, akibat kutukan atau dosa-dosanya, dan lain sebagainya. Karena kepercayaan yang salah inilah, akibatnya banyak penderita gangguan jiwa tidak mendapatkan perawatan atau pengobatan yang baik dan tepat.
Secara umum terdapat dua faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan jiwa, yaitu :
- Faktor predisposisi, yaitu faktor yang melatar-belakangi seseorang mengalami gangguan jiwa.
- Faktor presipitasi, yaitu faktor yang mencetuskan terjadinya gangguan jiwa pada seseorang untuk kali yang pertama.
Seseorang yang memiliki faktor predisposisi akan lebih mudah untuk mengalami gangguan jiwa karena sejak lahir atau selama proses perkembangannya, individu tersebut memiliki kepribadian ataupun coping mechanism yang kurang optimal yang disebabkan oleh faktor bawaan yang didapatkan sejak lahir maupun melalui lingkungan sekitar. Jadi seseorang yang memiliki faktor predisposisi ibaratnya tinggal menunggu faktor presipitasi sebelum akhirnya mengalami gangguan jiwa.
Penyebab Gangguan Jiwa. Secara umum, gangguan jiwa disebabkan oleh banyak faktor, seperti faktor fisik, lingkungan sosial, faktor psikis atau psikogenik. Biasanya penyebab gangguan jiwa tidak berasal hanya dari satu faktor saja, akan tetapi dari beberapa faktor yang saling mempengaruhi atau terjadi secara bersamaan. Masing-masing ahli mempunyai pendapatnya sendiri-sendiri berkaitan dengan penyebab dari gangguan jiwa. Beberapa pendapat ahli tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Djamaludin.
Djamaludin menyebutkan bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh dua faktor, yaitu :
9. E. Mansel Patition.
1. Djamaludin.
Djamaludin menyebutkan bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh dua faktor, yaitu :
- dari hubungan dengan orang lain yang tidak memuaskan seperti perlakuan yang tidak adil, diperlakukan semena-mena, kehilangan pekerjaan, dan lain sebagainya.
- oleh faktor organik, kelainan syaraf, dan gangguan pada otak.
2. Sigmund Freud.
Sigmund Freud berpendapat bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh tidak dapat dimainkan tuntutan id (dorongan instinctive) dengan tuntutan super ego (tuntutan norma sosial). Orang ingin berbuat sesuatu yang dapat memberikan kepuasan diri, tetapi perbuatan tersebut akan mendapatkan celaan dari masyarakat.Konflik yang tidak terselesaikan antara keinginan diri dan tuntutan masyarakat tersebut akhirnya akan mengantarkan orang pada gangguan jiwa.
3. Alfred Adler.
Alfred Adler menyebutkan bahwa gangguan jiwa terjadi disebabkan oleh tekanan dari perasaan rendah diri (inferiorit complex) yang berlebihan. Sedangkan rendah diri muncul karena kegagalan di dalam mencapai superioritas di dalam hidup. Kegagalan yang terus menerus tersebut mengakibatkan kecemasan dan ketegangan emosi.
4. Henry A. Murray.
Henry A. Murray berpendapat bahwa gangguan jiwa disebabkan karena orang tidak dapat memuaskan berbagai mancam kebutuhan jiwa mereka, seperti :
- kebutuhan untuk afiliasi, yaitu kebutuhan akan kasih sayang dan diterima oleh orang lain dalam kelompok.
- kebutuhan untuk otonomi, yaitu ingin bebas dari pengaruh orang lain.
- kebutuhan untuk berprestasi, yaitu keinginan untuk sukses dalam mengerjakan sesuatu.
5. J.P. Caplin.
J.P. Caplin menyebutkan bahwa gangguan jiwa dapat disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan hidup manusia. Selama manusia masih dapat menemukann jalan keluar yang wajar untuk memecahkan kesulitan hidupnya serta pemenuhan kebutuhannya, maka selama itu pula akan terjamin kesehatan jiwa dan keseimbangan mentalnya. Menurut J.P. Caplin, kebutuhan manusia dapat dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu :
- tingkat biologis atau vital.
- tingkat human (manusia sosio budaya), sosio kultural, dan psikologis.
- tingkat metafisis dan religius.
6. Abraham H. Maslow.
Abraham H. Maslow berpendapat gangguan jiwa disebabkan oleh ketidak-mampuan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Abraham H. Maslow menyebutkan ada 5 jenis kebutuhan dasar manusia, di mulai dengan kebutuhan yang paling dasar, yaitu :
- kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi manusia untuk hidup, seperti makan, minum, istirahat, dan lain sebagainya.
- kebutuhan akan rasa aman, yaitu kebutuhan manusia untuk bebas dari rasa takut dan cemas yang termanifestasikan dalam adanya pekerjaan tetap, adanya rumah sebagai tempat tinggal, dan lain sebagainya.
- kebutuhan akan rasa kasih sayang, yaitu kebutuhan manusia untuk mendapatkan perhatian dari manusia yang lain.
- kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan manusia akan penghargaan sebagai manusia dan sebagai warga negara.
- kebutuhan akan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan manusia yang paling tinggi. Pada tingkatan ini, manusia ingin berbuat sesuatu semata-mata karena dia ingin berbuat sesuatu yang merupakan keinginan dari dalam dirinya.
7. Santrock.
Santrock menyebutkan bahwa gangguan jiwa dapat disebabkan karena beberapa hal, yaitu :
- Sebab jasmaniah atau biologik, yang meliputi faktor keturunan, jasmaniah, temperamen, serta penyakit dan cidera tubuh.
- Sebab psikologik, yang meliputi berbagai macam pengalaman yang berkaitan dengan rasa frustasi, kegagalan, dan keberhasilan yang dialami akan mewarnai sikap, kebiasaan, dan sifatnya dikemudian hari.
- Sebab sosiokultural. Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat dilihat maupun yang tidak dapat dilihat. Faktor budaya bukan merupakan penyebab langsung dari gangguan jiwa, biasanya hanya sebatas menentukan gejala-gejala timbulnya gangguan jiwa.
8. Yosep.
Yosep mengemukakan bahwa sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh 3 unsur dari faktor-faktor yang terus menerus saling mempengaruhi, yaitu :
- Faktor Somatik (Somatogenik) atau Organobiologis, yang meliputi neroanatomi, nerofisiologi, nero kimia, tingkat kematangan dan perkembangan organik.
- Faktor Psikologik (Psikogenik) atau Psikoedukatif, yang meliputi interaksi ibu dan anak, peran ayah, persaingan antara saudara kandung, intelegensi, hubungan dalam keluarga/pekerjaan/masyarakat, kehilangan yang menyebabkan kecemasan/depresi/rasa malu/rasa bersalah, kosep diri, keterampilan/bakat/kreativitas, pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya, dan tingkat perkembangan emosi.
- Faktor Sosio Budaya (Sosiogenik) atau Sosiokultural, yang meliputi kestabilan keluarga, pola mengasuh anak, tingkat ekonomi, perumahan, masalah kelompok, pengaruh rasial/keagamaan, dan nilai-nilai.
9. E. Mansel Patition.
E. Mansel Patition dalam salah satu pendapatnya beranggapan bahwa gangguan jiwa disebabkan karena dosa kepada Tuhan. Sehingga usaha untuk penyembuhan gangguan jiwa adalah dengan penyerahan disi secara total kepada Tuhan. Menurut kelompok ini, terjadinya gangguan jiwa yang melanda manusia modern disebabkan oleh kehidupan yang sekularistik yang memisahkan sama sekali ilmu sekuler dengan peranan agama.
Gangguan jiwa harus ditangani dengan benar dan tepat untuk mendapatkan kesembuhan. Jiwa yang sehat tidak hanya berarti bebas dari gangguan, akan tetapi juga bisa dan mampu menikmati hidup, punya keseimbangan antara aktivitas kehidupannya, mampu menangani masalah secara sehat, serta berperilaku normal dan wajar, sesuai dengan tempat atau budaya di mana ia berada.
Semoga bermanfaat