Teori Perubahan Sosial

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Selo Soemardjan mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya.

Setiap orang, setiap masyarakat di seluruh dunia pasti mengalami perubahan. Gejala perubahan sosial dalam masyarakat dapat dilihat dari terjadinya perubahan sistem nilai maupun norma yang berlaku pada saat itu dan yang tidak lagi berlaku dalam masyarakat. Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat, pada umumnya terjadi tidak hanya semata-mata karena individu dalam masyarakat tersebut ingin berubah, tetapi juga karena pengaruh dan perkembangan dari berbagai macam sektor, salah satunya adanya teknologi.

Teori Perubahan Sosial. Penelitian terhadap perubahan sosial di dalam masyarakat sangat penting untuk dilakukan, hal tersebut bertujuan untuk melihat ke arah mana perkembangan perubahan sosial tersebut. Dengan begitu kita bisa mengantisipasi terhadap apa yang mungkin terjadi di masa depan.  Ada beberapa teori yang bisa digunakan untuk mengetahui bagaimana perubahan sosial terjadi, baik pada hubungan individu, kelompok, atau masyarakat. Teori tentang perubahan sosial tersebut, adalah :

1. Teori Evolusi.
Teori evolusi ini pertama kali dikemukakan oleh seorang sosiolog yang bernama Herbert Spencer, yang kemudian dipakai sebagai patokan dalam teori perubahan sosial. Selanjutnya teori ini dikembangkan oleh Emile Durkheim dan Ferdinand Tonnies.

Dalam teori ini menjelaskan bahwa evolusi mempengaruhi cara mengorganisasi masyarakat, terutama yang berhubungan dengan sistem kerja. Dari hal tersebut, Ferdinand Tonnies berpendapat bahwa masyarakat berubah dan berkembang dari tahap peradaban sederhana menuju tahap peradaban yang lebih kompleks. Teori evolusi beranggapan bahwa perubahan sosial memiliki arah tetap yang dilalui oleh semua masyarakat. Semua masyarakat akan melalui urutan fase yang sama, yang dimulai dari tahap perkembangan awal  sampai dengan perkembangan terakhir.

Alex Inkeles membedakan teori evolusi menjadi beberapa kategori dengan tujuan untuk mempermudah dalam mengidentifikasi kejadian-kejadian yang berhubungan dengan perubahan sosial, yaitu :
  • Unilinear Theories of Evolution. Teori ini beranggapan bahwa manusia dan masyarakat serta kebudayaannya akan selalu mengalami perubahan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu, dari bentuk kehidupan yang sederhana ke bentuk kehidupan yang lebih kompleks. 
  • Universal Theory of Evolution. Teori ini menjelaskan bahwa suatu perubahan sosial di mana masyarakat tidak memerlukan suatu tahapan tertentu untuk berubah.
  • Multilined Theories of Evolution. Teori ini lebih menekankan pada ketidak-sepakatan tentang teori perkembangan linier, karena masyarakat yang mengalami perubahan sosial tidak dapat ditentukan mengalami kemajuan atau dengan kata lain linier. Dalam teori ini dijelaskan bahwa bisa saja masyarakat mengalami perubahan sosial berupa kemunduran. 

Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, teori evolusi tersebut mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya adalah :
  • data yang mendukung penentuan tahapan perubahan sosial di dalam masyarakat menjadi serangkaian tahapan seringkali tidak hati-hati. 
  • urutan di dalam tahap perubahan sosial di dalam masyarakat tidak sepenuhnya asertif, karena ada beberapa masyarakat yang mampu melampaui tahap tertentu serta langsung menuju tahap selanjutnya.

2. Teori Perkembangan Linier.
Teori perkembangan liner percaya bahwa perubahan sosial dapat diarahkan ke titik tujuan tertentu. Menurut teori ini suatu perubahan sosial akan memberikan kemajuan bagi masyarakat. Misalnya seperti perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat yang modern.

3. Teori Siklus (Perubahan Melingkar).
Teori siklus mengasumsikan bahwa perubahan sosial pada masyarakat merupakan sesuatu yang tidak dapat direncanakan atau diarahkan, juga tidak dapat dikendalikan oleh siapapun, bahkan oleh orang-orang yang terampil sekalipun. Di setiap masyarakat selalu terdapat siklus yang harus diikuti, dan perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat tidak selalu berarti baik. Misalnya terjadi pada perubahan gaya hidup.

Oswald Spengler mengemukakan bahwa setiap masyarakat berevolusi melalui empat tahapan perkembangan atau pertumbuhan, yaitu masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan tua. Tidak ada yang bisa menghentikan proses tersebut.

4. Teori Konflik.
Teori konflik dikemukakan oleh Karl Max, yang berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi akibat adanya pertentangan antar kelas atau konflik. Konflik tersebut terjadi antara kaum borjuis yaitu orang yang kaya dan punya uang dengan kaum proletar yaitu para buruh, sebagai akibat dari adanya ketimpangan dan perbedaan kepentingan. Kaum borjuis berkepentingan dan berorientasi kepada keuntungan yang sebesar-besarnya, sehingga mereka menekan para buruh untuk bekerja dengan mereka. Sementara kaum proletar atau para buruh berharap untuk dapat menaikkan taraf hidupnya. Karena orientasi kaum borjuis tersebut adalah mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, maka mereka cuma mengeksploitasi tenaga para buruh tanpa memikirkan kesejahteraan para buruh tersebut.  Berdasarkan hal tersebutlah kemudian timbul konflik antara kaum borjuis dengan kaum proletar, yang pada akhirnya memunculkan sejumlah aturan-aturan sehingga para buruh tidak dieksploitasi oleh kaum borjuis. 

Sumber perubahan sosial yang paling penting dalam perspektif teori konflik adalah adanya konflik kelas sosial di masyarakat. Perspektif ini memiliki prinsip bahwa konflik sosial serta perubahan  sosial merupakan hal-hal yang selalu melekat pada struktur masyarakat.

5. Teori Gerakan Sosial.
Teori gerakan sosial ini timbul sebagai akibat dari rasa ketidak-puasan terhadap kondisi tertentu yang ada dalam masyarakat. Rasa ketidak-puasan tersebut akhirnya memunculkan sebuah gerakan sosial. Jadi gerakan sosial merupakan sumber dari perubahan sosial. Gerakan sosial dapat terjadi apabila sejumlah besar orang mengorganisasikan diri untuk memperjuangkan sebuah perubahan.

Perubahan sosial memiliki karakteristik, sebagai berikut :
  • adanya segi kolektif atau memiliki kelompok/masa.
  • berlandaskan kesengajaan, organisasi, dan kesinambungan.
  • memiliki tujuan dan kepentingan bersama.
  • seringkali ditandai dengan adanya tujuan jangka panjang.
  • terkadang dilakukan dengan cara-cara yang berada di luar institusi yang ada (spontanitas).

6. Teori Fungsional.
Ketidak-puasan masyarakat terhadap kondisi sosial yang berlaku saat itu menjadi penyebab dari perubahan sosial. Teori fungsional beranggapan bahwa setiap unsur dalam masyarakat memberikan fungsi pada unsur masyarakat lainnya. Perubahan  yang muncul di bagian masyarakat juga akan menyebabkan perubahan di bagian lainnya.

William F. Ogburn menjelaskan perubahan sosial di dalam kerangka fungsional. Menurutnya tidak semua unsur dalam masyarakat mengalami perubahan, ada bagian dari masyarakat yang tidak berubah atau statis. Lebih lanjut William F. Ogburn menjelaskan bahwa meskipun unsur masyarakat saling berhubungan satu sama lain. beberapa unsur dapat berubah dengan sangat cepat, sementara yang lain berubah dengan lambat. Kelambatan seperti tersebut membuat perpecahan sosial serta budaya antara unsur-unsur yang berubah dengan cepat serta unsur-unsur yang berubah dengan lambat. Kesenjangan ini akan menyebabkan goncangan sosial dan budaya ke masyarakat.

Demikian penjelasan berkaitan dengan teori perubahan sosial.

Semoga bermanfaat.