H.R. Rasuna Said, Tokoh Pergerakan Wanita Dari Sumatera Barat

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Hajjah Rangkayo Rasuna Said atau lebih dikenal dengan nama H.R. Rasuna Said, lahir di Panyinggahan Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, pada tanggal 14 Sepetember 1910. H.R. Rasuna Said terlahir dari keluarga aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, ayahnya seorang bangsawan dan saudagar Minangkabau, yang bernama Muhamad Said.

sumber : wikipedia.com
Seperti halnya R.A Kartini, dan tokoh-tokoh pergerakan perempuan lainnya, H.R. Rasuna Said berjuang untuk persamaan hak perempuan Indonesia. Setamat dari Sekolah Dasar, H.R. Rasuna Said melanjutkan sekolahnya di pondok pesantren Ar-Rasyidiyah. Di pondok pesantren tersebut, beliau merupakan satu-satunya santri perempuan yang menimba ilmu di pondok tersebut. H.R. Rasuna Said tergolong anak yang cerdas, tidak membutuhkan waktu lama dalam menempuh pendidikannya di pondok pesantrean tersebut, beliau kemudian melanjutkan pendidikannya di Diniyah Putri Padang Panjang.

Saat menempuh pendidikan di Diniyah Putri inilah beliau banyak bertemu dengan tokoh-tokoh pergerakan saat itu, di antaranya adalah Rahman El Yunusiyyah, seorang tokoh pergerakan Thawalib, yang merupakan pergerakan yang dirintis dan dibangun oleh kaum reformis Islam di Sumatera Barat. 

H.R. Rasuna Said bercita-cita untuk memajukan pendidikan kaum perempuan, sehingga dengan demikian keinginannya tentang persamaan hak antara kaum perempuan dan laki-laki dapat terwujud. Untuk itulah, setelah menamatkan pendidikannya di Diniyah Putri, beliau memutuskan untuk menjadi pengajar di sekolah tersebut. Setelah sekian lama beliau menekuni pekerjaannya sebagai pengajar, beliau sadar bahwa untuk memajukan kaum perempuan tidak bisa hanya dengan pendidikan seperti yang dijalaninya selama ini, tapi harus juga melalui pendidikan politik. Atas pemikirannya tersebut, H.R. Rasuna Said mengusulkan untuk memasukkan pendidikan politik pada kurikulum sekolah Diniyah Putri. Tapi usulannya tersebut ditolak. Pada tahun 1930, beliau kemudian memutuskan untuk berhenti sebagai pengajar, memilih mendalami agama pada Dr. H. Abdul Karim Amrullah, yang dikenal juga dengan sebutan Haji Rasul. Seorang ulama moderat, yang mengajarkan tentang kebebasan berfikir dan pentingnya pembaharuan pemikiran Islam. Berawal dari sinilah, ajaran-ajaran dari Haji Rasul banyak mempengaruhi pandangan H.R. Rasuna Said. 


Perjuangan politik H.R. Rasuna Said dimulai dengan bergabungnya beliau di Sarekat Rakyat. Selama bergabung dengan Sarekat Rakyat beliau menjabat sebagai Sekretaris Cabang. Tidak hanya itu, beliau juga bergabung dengan Soematra Thawalib. H.R. Rasuna Said kemudian mendirikan Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI) di Bukittinggi. Beliau juga mendirikan sekolah untuk para perempuan muda di Padang yaitu Sekolah Thawalib. Di sini beliau mengajarkan banyak ketrampilan kepada murid-murid perempuannya. 

Selain itu, H.R. Rasuna Said juga dikenal sebagai orator ulung. Karena pidato-pidatonya yang berisi kecaman terhadap pemerintah kolonial Belanda, beliau ditangkap dan dikenai hukuman speek delict, yaitu perbuatan melawan hukum karena berbicara menentang Belanda. Beliau ditangkap pada tahun 1932, bersama teman seperjuangannya Rasimah Ismail, dan di penjarakan di Semarang.

Setelah bebas dari penjara, H.R. Rasuna Said meneruskan pendidikannya di Islamic College pimpinan  KH. Mochtar dan Dr. Kusuma Atmaja. Semangat perjuangannya dalam memajukan hak-hak kaum perempuan dan perlawanannya terhdap Belanda tidak pernah luntur. Pada tahun 1935, beliau diangkat sebagai pimpinan redaksi majalah Raya. Majalah ini dikenal sebagai tonggak perlawanan masyarakat Sumatera Barat terhadap pemerintah Kolonial Belanda. Oleh karena itu, Belanda sangat membatasi gerakan H.R. Rasuna Said dan teman-teman seperjuangannya.

Pada tahun 1937, H.R. Rasuna Said memutuskan untuk pindah ke Medan, di kota ini beliau mendirikan sekolah khusus putri yang diberi nama Perguruan Putri. Selain itu, beliau juga menerbitkan surat kabar yang bernama Menara Poeteri. Lewat surat kabar ini, beliau banyak menulis tentang gagasanya untuk kemajuan perempuan, keislaman, dan antikolonialisme.  

Pergantian pemerintahan pendudukan dari Belanda ke pemirintahan pendudukan Jepang, tahun 1942, tidak menyurutkan perjuangan H.R. Rasuna Said. Beliau bersama teman-teman seperjuangannya mendirikan organisasi kepemudaan Nippon Raya di Padang. Hanya saja, karena bala tentara Jepang menganggap oerganisasi ini berbahaya, umur organisasi Nippon Raya tidak berlangsung lama. Pemerintah Jepang membubarkan organisasi Nippon Raya. 

Stelah Indonesia merdeka, tanggal 17 Agustus 1945, H.R. Rasuna Said tetap aktif di dunia politik. Beliau pernah berkerja pada :

  • Badan Penerangan dan Komite Nasional Indonesia.
  • Anggota Dewan Perwakilan Sumatera mewakili daerah Sumatera Barat.
  • Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat (DPR RIS).
  • Anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia.

H.R. Rasuna Said meninggal dunia pada tanggal 2 Nopember 1965 di Jakarta, dan jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta. Atas jasa-jasanya tersebut, pemerintah Republik Indonesia menganugerahi gelar kepada H.R. Rasuna Said sebagai Pahlawan Nasional, berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor : 084/TK/tahun 1974, tanggal 13 Desember 1974. Selain itu, nama H.R. Rasuna Said juga diabadikan sebagai salah satu nama jalan protokol di kawasan Kuningan Jakarta.

Semoga bermanfaat.