Pangeran Mangkubumi terlahir dengan nama asli Raden Mas Sujana, lahir di Kartasura, pada tanggal 6 Agustus 1717. Ayahnya adalah Raja Kasunanan Kartasura yang bernama Amangkurat IV atau Pakubuwono I, dan ibunya bernama Mas Ayu Tejawati. Sejak kecil Pangeran Mangkubumi mempunyai sifat yang bijaksana dan lemab lembut.
Ketika mulai beranjak dewasa, sikap dari Pangeran Mangkubumi semakin tegas, terutama berkaitan dengan tahta dan keberadaan Kompeni Belanda di wilayah Nusantara, terutama di wilayah kasunanan Kartasura. Pangeran Mangkubumi menolak dengan tegas keberadaan Kompeni Belanda. Pangeran Mangkubumi mempunyai kakak yang bernama Pangeran Pakubuwono II. Berbeda dengan Pangeran Mangkubumi, Pangeran Pakubuwono II sangat terbuka dengan kompeni Belanda. Hal inilah yang membuat Pangeran Mangkubumi sering berselisih dengan Pangeran Pakubuwono II.
Pertentangan antara Pangeran Mangkubumi dan Pangeran Pakubuwono II tersebut mencapai puncaknya saat Pangeran Pakubuwono II menyerahkan kedaulatan penuh kepada Kompeni Belanda pada tanggal 11 Desember 1749. Perselisihan antara dua saudara tersebut berujung pada perang saudara. Setelah sekian lama terjadi perang saudara, mereka sepakat untuk menandatangani perjanjian perdamaian, yang dikenal dengan Perjanjian Giyanti, pada tanggal 13 Pebruari 1755. Perjanjian Giyanti ini berisi tentang pembagian Kerajaan Mataram menjadi dua bagian, yaitu Yogyakarta dan Surakarta. Di mana wilayah Surakarta menjadi hak dari Pangeran Pakubuwono II, sedangkan wilayah Yogyakarta menjadi hak dari Pangeran Mangkubumi. Atas dasar Perjanjian Giyanti tersebut, Pangeran Mangkubumi memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan Mataram ke Yogyakarta (Ngayogyakarta Hadiningrat).
Setelah pusat pemerintahan Kerajaan Mataram dipindahkan ke Yogyakarta, perselihan antara dua saudara tersebut belum juga selesai. Hal tersebut ditandai dengan terjadinya perang saudara antara Pangeran Pakubuwono III dan Pangeran Mangukubumi pada tahun 1790. Setelah beberapa lama berperang, akhirnya terjadi kesepakat antara Pangeran Mangkubumi dan Pangeran Pakubuwono III. Isi kesepakatan tersebut adalah bahwa kedudukan Yogyakarta dan Surakarta sederajat, sehingga keduanya tidak diperbolehkan untuk saling menaklukkan.
Sejak saat itulah, Pangeran Mangkubumi diangkat menjadi Sultan di Yogyakarta. Kerajaan ini dikenal dengan nama Kasultanan Yogyakarta. Selama menjabat sebagai Sultan Yogyakarta, Pangeran Mangkubumi mendapat gelar Sultan Hamengkubuwono I. Beliau menjadi sultan yang bijaksana dan adil kepada rakyatnya. Selama memerintah Kasultanan Yogyakarta, Sultan Hamengkubuwono I banyak berjasa dalam menyusun dasar-dasar pemerintahan di Kasultanan Yogyakarta. Selain itu, beliau-lah yang memprakasai pembangunan Taman Sari Keraton Yogyakarta. Sultan Hamengkubuwono I wafat pada tanggal 24 Maret 1792.
Atas jasa-jasanya tersebut, Pemerintah Republik Indonesia memberikan gelar kepada Sultan Hamengkubuwono I sebagai Pahlawan Nasional, berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 085/TK/2006, tanggal 3 Nopember 2006.
Semoga bermanfaat.