Teori Strukturalisme Genetik

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Strukturalisme genetik mengajarkan bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur. Teori strukturalisme genetik ini dipopulerkan oleh Lucien Goldmann. Menurut Goldmann, struktur yang dimaksud dalam teorinya tersebut bukanlah sesuatu yang statis, melainkan produk dari proses sejarah yang terus berlangsung, proses strukturasi dan destrukturasi yang hidup dan dihayati oleh masyarakat asal karya sastra tersebut.

Untuk memperkuat teori strukturalisme genetik-nya, Goldmann memasukkan unsur-unsur yang antara satu dengan yang lainnya saling bertalian yang menjadi dasar dari teori strukturalisme genetik tersebut. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut :

1. Fakta Kemanusiaan.
Menurut Goldmann, semua fakta kemanusian merupakan suatu struktur yang berarti, maksudnya adalah bahwa fakta-fakta itu selain mempuyai struktur tertentu, juga mempunyai arti tertentu. Fakta kemanusiaan dikatakan mempunyai arti karena merupakan respon-respon dari subyek kolektif atau individual atau dengan kata lain fakta-fakta tersebut merupakan hasil dari usaha manusia mencapai keseimbangan yang lebih baik dalam hubungannya dengan dunia sekitar. Jadi fakta kemanusiaan merupakan segala hasil aktivitas atau perilaku manusia baik yang verbal maupun yang fisik, yang berusaha dipahami oleh ilmu pengetahuan. Fakta kemanusiaan ini dapat berwujud aktivitas sosial tertentu, aktivitas politik tertentu, kreasi kultural, dan lain-lain. Fakta kemanusiaan pada hakekatnya terdiri dari dua hal, yaitu fakta individual dan fakta sosial.  Fakta individual merupakan hasil dari perilaku libidinal, seperti tingkah laku, mimpi, dan lain sebagainya. Sedangkan fakta sosial mempunyai peranan dalam sejarah.

2. Subyek Kolektif.
Subyek kolektif merupakan subyek fakta sosial atau historis, yang merupakan bagian dari subyek fakta kemanusiaan, selain subyek individual atau libidinal. Menurut Goldmann tidak semua fakta kemanusia bersumber pada subyek individual, karena secara intuitif seseorang dapat mengenal perbedaan segala sesuatu yang ada dan terjadi dilingkungannya. Misalnya revolusi sosial, politik, ekonomi, maupun karya-karya kultural yang besar yang semua itu merupakan fakta sosial atau historis. Hal-hal tersebut hanya akan bisa dilakukan oleh subyek trans individual, yaitu subyek yang mengatasi individu, yang di dalamnya individu hanya merupakan bagiannya. Subyek trans individual bukanlah merupakan kumpulan individu-individu yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan atau satu kolektivitas. Goldmann menspesifikasikan subyek kolektif tersebut sebagai kelas sosial dalam pengertian marxis. Sebab menurut Goldmann kelompok itulah yang terbukti dalam sejarah sebagai kelompok yang telah menciptakan suatu pandangan yang lengkap dan menyeluruh mengenai kehidupan dan yang telah mempengaruhi perkembangan sejarah umat manusia.

3. Pandangan Dunia : Stukturasi dan Struktur.
Goldmann percaya pada adanya homologi antara struktur karya sastra dengan struktur masyarakat, sebab keduanya merupakan produk dari aktivitas strukturasi yang sama, yang tidak dipahami sebagai hubungan determinasi yang langsung melainkan dimediasi oleh apa yang disebut oleh Goldmann sebagai pandangan dunia atau ideologi. Pandangan dunia merupakan satu kesatuan yang kompleks dan menyeluruh dari gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan perasaan-perasaan yang menghubungkan secara bersama-sama anggota-anggota suatu kelompok sosial tertentu dan yang mempertentangkannya dengan kolompok-kelompok sosial lainnya. Pandangan dunia merupakan produk interaksi antara subyek kolektif dengan situasi sekitarnya. 

4. Struktur Karya Sastra.
Karya sastra yang besar merupakan produk strukturasi dari subyek kolektif, oleh karenanya karya sastra mempunyai struktur yang koheren dan terpadu. Goldmann menyampaikan dua pendapat mengenai karya sastra pada umumnya, yaitu :
  • Karya sastra merupakan ekspresi pandangan dunia secara imajiner.
  • Dalam usahanya mengekspresikan pandangan dunia itu pengarang menciptakan tokoh-tokoh, obyek-obyek, dan relasi-relasi secara imajiner.
Dengan pendapatnya tersebut, Goldmann dapat membedakan karya sastra dari filsafat, yang mengekspresikan pandangan dunia secara konseptual dan sosiologi, yang mengacu pada empirisitas.

5. Dialektika Pemahaman - Penjelasan.
Untuk mendapatkan pengetahuan mengenai karya sastra yang mempunyai struktur yang berarti, Goldmann mengembangkan sebuah metode yang disebutnya sebagai metode dialektik. Metode ini merupakan metode yang khas yang berbeda dari metode positivis, metode intuitif, dan metode biografis yang psikologis. Perbedaan metode dialektik dan metode positivistik adalah dalam metode positivistik tidak mempertimbangkan persoalan koherensi struktural, sedang dalam metode dialektik sangat memperhitungkan persoalan koherensi struktural. Prinsip dasar dari metode dialektik yang membuatnya berhubungan dengan masalah koherensi tersebut adalah pengetahuannya mengenai fakta-fakta kemanusiaan yang akan tetap abstrak apabila tidak dibuat konkret dengan mengintegrasikannya ke dalam keseluruhan. Metode dialektik mengembangkan dua pasangan konsep, yaitu keseluruhan - bagian dan pemahaman - penjelasan. Menurut Goldmann, teknik pelaksanaan metode dialektik berlangsung sebagai berikut :
  • Peneliti membangun sebuah model yang dianggapnya memberikan tingkat probabilitas tertentu atas dasar bagian.
  • Peneliti mengadakan pengecekkan terhadap model tersebut dengan membandingkannya dengan keseluruhan dengan cara menentukan sejauh mana setiap unit yang dianalisis tergabungkan dalam hipotesis yang menyeluruh, mendaftar elemen-elemen dan hubungan-hubungan baru yang tidak diperlengkapi dalam model semula, frekuensi elemen-elemen dan hubungan-hubungan yang diperlengkapinya dalam model yang telah dicek tersebut.
Goldmann mengatakan bahwa pandangan dunia merupakan kesadaran kolektif yang dapat digunakan sebagai hipotesis kerja yang konseptual, suatu model bagi pemahaman mengenai koherensi struktur teks sastra

Demikian penjelasan berkaitan dengan teori strukturalisme genetik. Tulisan tersebut bersumber dari buku Pengantar Sosiologi Sastra, karangan Faruk. 

Semoga bermanfaat.