Kajian Filsafat (Obyek Dan Klasifikasi Kajian Filsafat)

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Ilmu pengetahuan telah mempermudah jalan bagi kehidupan manusia. Tapi ilmu pengetahuan tidak mampu memenuhi sisi rohaniah manusia, tidak dapat mengarahkan manusia pada cita-cita yang dicari manusia sebagai tujuan tertinggi dari kehidupannya yaitu mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan. Oleh karenanya, manusia mencari sumber selain ilmu pengetahuan untuk dapat memenuhi sisi-sisi kejiwaannya tersebut. Sumber tersebut adalah filsafat.

Filsafat telah menggariskan hal-hal ideal bagi manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Manusia perlu memikirkan eksistensi, jiwa, membatasi kedudukan, serta menentukan tujuan hidupnya. Dan filsafatlah yang mampu memahi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Filsafat mampu memenuhi kebutuhan alami dalam jiwa manusia, menentukan tujuan dan cita-cita dalam wilayah kajian etika dan politik, mengoreksi kesalah-kesalahan sesuai dengan hukum logika, serta menambah pemahaman mereka terhadap keindahan lewat estetika dan mendapatkan ketenangan jiwa dengan berusaha mengetahui rahasia dan hakekat alam semesta dalam metafisika. Bertolak dari hal tersebut, sejak dahulu filsafat selalu berada di balik semua gerakan sosial yang terjadi dalam masyarakat manusia.

Membicarakan obyek kajian filsafat, secara garis besar kita akan membagi dua kelompok filsuf, yaitu sebagai berikut :
  1. Filsuf yang mengingkari filsafat metafisika. Mereka ini digolongkan sebagai para penganut Filsafat Positivisme, yang berpandangan bahwa ilmu pengetahuan dengan segala cabangnya telah mencakup seluruh obyek, sehingga tidak menyisakan ruang sedikitpun bagi filsafat untuk mengkaji obyek tertentu kecuali dalam mengkaji hukum-hukum ilmiah yang mengantarkan cabang-cabang ilmu menjadi sebuah kajian yang lengkap, atau dengan menganggapnya tunduk pada satu metode dan mencakup bidang-bidang yang berbeda dari sebuah studi umum. Bahwa filsafat merupakan metode atau cara untuk menganalisa kata-kata dengan suatu analisa logika, demikian menurut pandangan penganut Filsafat Positivisme Logis.
  2. Filsuf yang memperluas wilayah filsafat sehingga mencakup semua obyek pengetahuan manusia. Setiap lapangan pengetahuan mempunyai filsafatnya sendiri. Filsafat tidak mencakup hal-hal partikular, tetapi berkisar pada prinsip-prinsip dan ide-ide umum atau universal. Para filsuf dalam kelompok ini berpendapat bahwa setiap problem ilmu pengetahuan mempunyai sisi rasional yang menjadi perhatian filsafat, serta sisi persepsional yang merupakan obyek bahasan ilmu pengetahuan yang lebih spesifik. Obyek-obyek yang menjadi tujuan kajian filsafat pada prinsipnya tidak berbeda dengan obyek kajian ilmu-ilmu partikular.

Sementara dalam kaitannya dengan pengklasifikasian kajian filsafat, terdapat perbedaan pendapat di antara para filsuf.  Di antara para filsuf tersebut ada yang membagi kajian filsafat menjadi dua bagian, yaitu :
  • Filsafat teoritis, yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran, yang mencakup bidang matematika, ilmu-ilmu alam, dan teologi.
  • Filsafat praktis, yang bertujuan untuk aplikasi praktis, yang khususnya mencakup bidang etika dan politik.
Selain itu, ada juga kelompok filsuf yang membagi kajian filsafat dalam lingkup ilmu-ilmu umum seperti metafisika, ontologi, epistemologi, serta ilmu logika dan ilmu-ilmu khusus seperti etika, estetika, psikologi, filsafat alam, filsafat hukum, dan sosiologi. Sementara Francois Bacon membagi kajian filsafat dalam lingkup filsafat ketuhanan, filsafat alam, dan filsafat manusia. Klasifikasi kajian filsafat yang dikemukakan oleh Francois Bacon tersebut dikenal dengan model pembagian moderen.

Beberapa bidang kajian obyek dan aliran filsafat :
  1. Ontologi. Ontologi mencakup studi tentang being/wujud. Ontologi (dan ilmu-ilmu lain) didasarkan pada asumsi bahwa degan kemampuannya, manusia dapat mengetahui hakekat segala sesuatu dan mengetahui berbagai karakter hal-hal eksistensial. Kajian filsafat  dalam bidang Ontologi ini banyak menuai pro dan kontra, baik dari para ulama maupun dari sebagian kalangan filsuf sendiri. Meskipun demikian, ia masih tetap eksis karena kebutuhan manusia terhadapnya. Ilmu-ilmu partikular membahas wujud materian dari berbagai segi yang berbeda, Tapi diantara ilmu-ilmu tersebut, baik ilmu alam, matetamatika, ataupun humaniora tidak satupun yang mengkaji wujud (being) sebagai sebuah totalitas, yaitu wujud mutlak immaterial, yang mencakup wujud spiritual  serta wujug rasional yang ditarik akal dari materi (substansi, eksidensi, dan lain-lain). Oleh karena itu, filsafat bertanggung jawab terhadap kajian wujud ini dan berusaha untuk mengetahui berbagai seginya, agar dapat memenuhi kebutuha manusia yang tidak bisa dipenuhi oleh ilmu-ilmu partikular.
  2. Epistemologi. Epistemologi mencakup studi tentang pengetahuan.  Pembahasan tentang ilmu pengetahuan telah dimulai sejak jaman para filsuf Yunani. Dasar mereka berfilsafat adalah karena mereka sudah tidak lagi  percaya terhadap pengetahuan inderawi. Dalam era moderen ini, kajian tentang pengetahuan (epistemologi) telah menjadi kajian yang berdiri sendiri. Tokoh dari kajian ini adalah John Locke dan Emmanuel Kant. Aliran Epistemologi mempertanyakan tentang asal-usul, esensi, batasan dan tingkat keyakinan pengetahuan. 
  3. Aksiologi. Aksiologi mencakup studi tentang nilai. Aksiologi merupakan cabang filsafat yang secara khusus mengkaji cita-cita, sistem nilai atau nilai-nilai mutlak/nilai tertinggi. yaitu nilai-nilai yang dianggap sebagai tujuan utama.  Dalam filsafat, nilai-nilai tersebut adalah kebenaran, kebaikan, dan keindahan. Pembahan tentang nilai terbagi dalam tiga cabang, yaitu Logika yang membahas tentang nilai kebenaran dan membantu manusia untuk berkomitmen pada kebenaran serta menerangkan bagaimana seharusnya berpikir secara benar, Etika yang membahas tentang nilai kebaikan dan berusaha membantu manusia dalam mengarahkan perilaku, Estetika yang membahas tentang nilai keindahan dan membantu manusia dalam meningkatkan rasa.

Disamping ketiga kajian tersebut di atas, ada kelompok filsuf yang memperluas lapangan filsafat. Kelompok ini tidak hanya membatasi filsafat pada tiga kajian tersebut (ontologi, epistemologi, dan aksiologi), tapi memperluasnya dengan menyertakan ilmu-ulmu lain, seperti filsafat hukum, filsafat agama, filsafat sejarah, dan filsafat politik.

Semoga bermanfaat.