Anemia, istilah ini bagi sebagian masyarakat mungkin sudah tidak asing lagi. Penyakit yang umum oleh masyarakat disebut dengan kurang darah ini sering terjadi saat seseorang mengalami pendarahan akibat luka yang serius. Anemia semacam ini disebut dengan anemia non gizi. Selain anemia non gizi, dikenal juga penyakit anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat dalam pembentukan sel darah merah, misalnya kekurangan zat besi. Anemia seperti ini disebut anemia gizi atau lebih spesifik disebut dengan Anemia Defisiansi Besi (ADB). Anemia Defisiensi Besi (ADB) paling sering dialami oleh masyarakat. Lebih dari 50 persen penderita anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi.
Anemia Defisiensi Besi (ADB) merupakan kasus anemia atau kurang darah akibat kekurangan besi. Kekurangan zat besi yang berujung pada anemia, apabila menyerang anak, dapat mengakibatkan tumbuh kembang anak kurang maksimal. Ciri-ciri umum yang bisa dikenali ketika seorang anak menderita Anemia Defisiensi (ADB) adalah wajah terlihat pucat, sering pusing yang tidak disertai dengan gejala demam atau lainnya, lesu dan anak terlihat malas melakukan segala sesuatu, nafsu makan menurun, serta cepat merasakan lelah. Anemia Defisiensi Besi (ADB) pada anak dapat disebabkan diantaranya karena anak mengalami pertumbuhan yang cepat, sementara pasokan zat besi dalam tubuh anak tidak mencukupi.
Pada kasus Anemia Defisiensi Besi (ADB), kekurangan zat besi aka membuat kadar hemoglobin dalam darah juga berkurang. Hal ini disebabkan karena besi merupakan unsur terpenting dalam pembentukan hemoglobin. Hemoglobin adalah bagian darah yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Dengan berkurangnya hemoglobin, oksigen yang diedarkan sel darah merah ke tubuh juga akan berkurang. Hal inilah yang membuat tubuh menjadi lesu, pucat, dan cepat lelah.
Dalam banyak penelitian yang pernah dilakukan di Indonesia, ditemukan bahwa Anemia Defisiensi Besi (ADB) rentan dialami oleh anak-anak. Bahkan, kekurangan zat besi termasuk empat masalah kesehatan anak di Indonesia. Anemia Defisiensi Besi (ADB) dapat merusak kualitas hidup anak, oleh karena itu Anemia Defisiensi Besi (ADB) harus benar-benar diperhatikan oleh para orang tua yang ingin anaknya tumbuh cerdas. Anak yang mengalami kekurangan besi pada masa pertumbuhan berisiko mengalami gangguan kognitif atau kecerdasan. Selain itu, Anemia Defisiensi Besi (ADB) juga dapat menurunkan kekebalan tubuh. Kekurangan zat besi membuat tubuh lebih rawan terinfeksi bakteri atau kuman, terutama jika Anemia Defisiensi Besi (ADB) ini dialami oleh anak-anak. Penurunan kadar besi dalam tubuh juga menurunkan produksi antibodi dalam tubuh sehingga pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun.
Sedangkan apabila Anemia Defisiensi Besi (ADB) dialami oleh balita, maka akan mengganggu perkembangan sel-sel otak. Hal ini juga dapat menghambat pembentukan zat-zat yang berhubungan dengan pengendalian emosi, pemusatan perhatian, dan perilaku anak. Selain itu, pembentukan selubung syarafpun akan terganggu sehingga kecepatan berpikir anak akan berkurang.
Selain ciri-ciri umum Anemia Defisiensi Besi (ADB) tersebut diatas, terdapat beberapa gejala khas lain pada Anemia Defisiensi Besi (ADB), antara lain adalah :
- Permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil (bintil-bintil) lidah menghilang.
- Lidah iritasi.
- Bibr pecah-pecah.
- Kuku jari tangan pecah-pecah.
- Keinginan memakan makanan yang tak lazim.
- Sesak nafas, apabila kondisi Anemia Defisiensi Besi (ADB) parah.
Untuk memastikan anak mengalami Anemia Defisiensi Besi (ADB) atau tidak, biasanya akan dilakukan penentuan kadar hemoglobin dalam darah.
Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan Anemia Defisiensi Darah (ADB) pada anak, diantaranya adalah sebagai berikut :
- Anak usia 0 - 2 tahun. Kekurangan zat besi pada usia ini disebabkan oleh kondisi kehamilan sang ibu yang juga mengalami Anemia Defisiensi Besi (ADB), pendarahan pada saat persalinan, berat bayi saat lahir rendah, kelahiran prematur atau kelahiran kembar, selain itu pertumbuhan bayi yang cepat juga membuat zat besi dalam tubuh berkurang dengan drastis.
- Anak usia 2 - 5 tahun. Pada usia ini Anemia Defisiensi Besi (ADB) biasanya disebabkan karena kurangnya asupan zat besi untuk tubuh, adanya parasit berupa caing tambang, atau pendarahan kronis.
- Anak usia 5 - masa remaja. Pada kelompok usia ini, Anemia Defisiensi Besi (ADB) umumnya disebabkan karena masalah yang sama dengan anak usia 2 - 5 tahun. Hanya saja resiko yang dialami anak kelompok ini lebih besar.
Untuk mencegah anak terkena Anemia Defisiensi Besi (ADB) dapat dilakukan dengan cara diantaranya sebagai berikut :
- Memenuhi kebutuhan zat besi sejak masa kehamilan.
- Pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif.
- Makan makanan yang kaya akan zat besi, seperti daging sapi, sayuran hijau, atau ikan.
- Bila perlu, berikan suplemen besi.
- Menerapkan pola hidup sehat dan bersih.
Jadilah orang tua cerdas, kenali penyebab Anemia Defisiensi Besi (ADB) pada anak, dengan begitu dapat dilakukan pencegahan sejak dini. Anak yang sehat akan tumbuh menjadi generasi yang cerdas.
Demikian penjelasan berkaitan dengan anemia defisiensi besi, mengganggu pertumbuhan anak.
Semoga bermanfaat.