Sultan Ageng Tirtayasa, lahir pada tahun 1631 di lingkungan Kesultanan Banten. Sultan Ageng Tirtayasa merupakan putra dari Sultan Banten yang bernama Sultan Abdul Ma'ali Ahmad, sedangkan ibunya bernama Ratu Martakusuma. Sejak kecil, Sultan Ageng Tirtayasa memiliki banyak nama. Beliau pernah
bergelar Pangeran Surya. Setelah ayahnya wafat, Sultan Ageng Tirtayasa diangkat menjadi Sultan Muda yang bergelar Pangeran Ratu atau Pengeran Dipati. Setelah kakeknya meninggal dunia, Sultan Ageng Tirtayasa diangkat sebagai sultan, dengan gelar Sultan Abdul Fatah. Beliau memerintah Kesultanan Banten dari tahun 1651 sampai 1682 Masehi.
Selama memerintah di Kesultanan Banten, beliau menghimpun kekuatan untuk melawan pemerintah pendudukan Belanda. Beliau juga membuat Banten sebagai Kesultanan Islam yang makmur. Salah satunya adalah dengan mendirikan keraton baru di dusun Tirtayasa yang terletak di Kabupaten Serang. Sejak itulah, beliau mendapat gelar Sultan Ageng Tirtayasa.
Sultan Ageng Tirtayasa memerintahkan rakyatnya untuk menentang Belanda. Apalagi pada waktu itu Belanda (VOC) menerapkan monopili perdagangan yang merugikan Kesultanan Banten. Sultan Ageng Tirtayasa dengan terang-terangan menolak ajakan kerja sama dengan Belanda. Beliau lalu menjadikan Banten sebagai pelabuhan terbuka. Beliau juga memimpin rakyatnya untuk melakukan serangan-serangan gerilya untuk menyerang dan melumpuhkan Belanda.
Keberhasilan kepemimpinan Sulta Ageng Tirtayasa dibuktikan dengan membongkar blokade laut yang dilakukan oleh Belanda. Banyak kapal dan perkebunan milik Belanda yang dirusak dan dirampas. Hal tersebut sangat merugikan Belanda (VOC), ditambah lagi keberhasilan Sultan Ageng Tirtayasa menjalin kerja sama dagang dengan bangsa-bangsa Eropa, seperti enmark dan Inggris. Kesultanan Banten menjadi makmur dengan pertahanan yang kuat.
Belanda merasa kesulitan untuk menundukkan kekuatan Kesultanan Banten. Untuk mengatsi kekuatan Kesultanan Banten tersebut, akhirnya Belanda menggunakan siasat adu domba. Belanda menghasut Sultah Haji, anak tertua Sultan Ageng Tirtayasa. Saat itu di Kesultanan Banten sedang terjadi sengketa antara kedua putera Sultan Ageng Tirtayasa, yaitu Sultan Haji dan Pangeran Purbaya. Belanda tidak menyia-nyiakan kesempatan ii. Sultan Haji dihasut untuk menyingkirkan ayahnya, Sultan Ageng Tirtayasa. Sultan Haji akhirnya terhasut, ia mengira ayahnya akan memberikan kekuasaannya kepada adiknya, Pangeran Purbaya. Hal tersebut akhirnya menimbulkan perang keluarga.
Sultan Haji bekerja sama dengan Belanda merebut kekuasaan di Kesultanan Banten. Saat Sultan Ageng Tirtayasa mengepung pasukan Sultan Haji di Banten, Belanda segera membantunya dengan mengirim pasukan yang dipimpin oleh Kapten Tack se Saint Martin. Kerja sama antara Sultan Haji dan belanda akhirnya berhasil mengalahkan pasukan Sultan Ageng Tirtayasa.
Pada tahun 1683, Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke Batavia. Sultan Ageng Tirtayasa akhirnya meninggal dunia di dalam penjara Belanda. Beliau dimakamkan di komplek pemakaman raja-raja Banten yang terletak di sebelah utara Masjid Agung Banten.
Atas jasa-jasa Sultan Ageng Tirtayasa dalam melawan pemerintah pendudukan Belanda, Pemerintah Republik Indonesia menganugerahi gelar kepada Sultan Ageng Tirtayasa sebagai Pahlawan Nasional, berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia, tanggal 1 Agustus 1970, Nomor : 045/TK/1970. Nama Sultan Ageng Tirtayasa juga dipakai sebagai jalan di berbagai daerah di Indonesia, selain itu nama Sultan Ageng Tirtayasa juga dipakai sebagai nama universitas di Banten.
Semoga bermanfaat.