Candi Gedong Songo terletak di lereng Gunung Ungaran atau tepatnya di Desa Candi, Kabupaten Semarang. Udara yang sejuk dengan pemandangan hijau hamparan rumput dan pepohonan membuat tempat ini sangat cocok untuk liburan keluarga.
Nama Gedong Songo berasal dari bahasa Jawa. Gedong yang berarti bangunan, dan songo yang artinya sembilan. Nama tersebut menggambarkan bahwa di lokasi tersebut ada sembilan bangunan candi yang merupakan tempat peribadatan umat Hindu. Letak antara satu candi dengan candi yang lain masing-masing berjauhan, dengan medan pegunungan, sehingga kita bisa melakukan penjelajahan sambil menikmati pemandangan hijaunya hutan pinus di area candi.
Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk menjelajahi seluruh sudat candi. Yang pertama, kita bisa menyewa kuda. Dan yang kedua, kita bisa berjalan kaki untuk menyusuri candi demi candi melalui jalan setapak. Area Candi Gedong Songo ini seperti lingkaran yang memiliki titik-titik istirahat berupa candi. Jika kita berjalan dari pintu depan, maka perjalanan kita akan berakhir di jalan keluar yang juga merupakan pintu depan tersebut. Jadi bisa dibayangkan bagaimana luasnya area Candi Gedong Songo tersebut. Menjelajahi area Candi Gedong Songo membuat pikiran kita melayang pada kemegahan sejarah tempat itu.
Dari beberapa informasi yang diperoleh, kompleks Candi Gedong Songo dibangun oleh Raja Sanjaya, yaitu raja Mataram kuno sekitar abad ke-8 Masehi. Dulu tempat ini dijadikan untuk pemujaan kepada Sang Pencipta. Hal ini dapat dilihat dari beberapa patung dewa yang ada di lokasi Candi Gedong Songo, seperti dewa Syiwa Mahaguru, Syiwa Mahadewa, Syiwa Mahakala, Durgamahesasuramardhani, dan Ganesya. Setelah kerajaan Mataram kuno runtuh, kemegahan candi inipun seperti hilang tertelan jaman.
Candi Gedong Songo ditemukan kembali pada tahun 1740 oleh seorang arkeolog Belanda yang bernama Dr. EB. Volger. Penemuan candi ini dilaporkan Volger kepada Gubernur Jendral Raffles yang saat itu memegang kekuasaan di Indonesia. Setelah itu, barulah dilakukan penelitian dan penggalian untuk menemukan kembali situs bersejarah ini.
Setelah Indonesia merdeka, sekitar tahun 1972 hingga tahun 1982, penelitian terhadap Candi Gedong Songo dilanjutkan oleh para arkeolog Indonesia. Pemerintah memugar bangunan candi secara menyeluruh tanpa mengurangi bentuk aslinya.
Apabla dibandingkan dengan Candi Borobudur atau Candi Prambanan, candi-candi yang ada di kompleks Candi Gedong Songo tergolong kecil. Antara satu bangunan candi yang satu dengan bangunan candi yang lain berdiri memisah dan tidak menyatu. Setiap candi mempunyai halaman yang dikelilingi rerumputan hijau. Di depan bangunan candi terdapat anak tangga untuk menuju ke pintu candi. Karena letaknya yang berjauhan, perjalanan antara satu candi ke candi yang lain mempunyai pemandangan yang berbeda. Ada candi yang terletak di dekat pintu masuk, ada candi yang berdiri di atas hamparan rumput luas, dan candi terakhir berada di atas bukit.
Perlu tenaga ekstra untuk dapat mencapai candi terakhir yang berada di puncak bukit, kecuali jika anda menggunakan jasa penyewaan kuda. Kalau toh ditempuh dengan jalan kaki, lelah yang dirasakan akan terbayar dengan keindahan pemandangan yang disuguhkan di atas bukit tersebut. Selain bangunan candi, di kompleks Candi Gedong Songo ini, kita juga bisa menikmati air hangat dari sumber mata air di lokasi tersebut. Kolam air hangat ini terletak di tengah-tengah kompleks Candi Gedong Songo. Setelah lelah berjalan menyusuri kompleks candi dan merasakan dinginnya udara di lokasi tersebut, kolam air hangat ini menjadi tempat favorit untuk menghilangkan rasa penat dan lelah.
Satu hal lagi yang jangan pernah dilewatkan apabila kita mengunjungi Candi Gedong Songo, yaitu sate kelinci, menu khas yang patut anda coba saat berada di Gedong Songo. Sambil menikmati sate kelinci, anda juga bisa kembali menikmati keindahan peninggalan sejarah ini dan membayangkan tentang kemegahan Candi Gedong Songo di masa lalu.
Semoga bermanfaat.