Sultan Agung Hanyokrokusumo, lahir di Yogyakarta, pada tahun 1591. Putra dari Panembahan Seda Krapyak. Beliau terkenal tangkas, cerdas, dan taat beribadah. Pada tahun 1613, Sultan Agung diangkat menjadi raja Kerajaan Mataram di saat usianya masih 22 tahun. Beliau adalah raja ketiga Kerajaan Mataram Islam. Sebagai seorang raja, beliau sangat menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan di seluruh tanah Jawa.
![]() |
gambar : id.wikipedia.org |
Pada masa pemerintahan Sultan Agung, Belanda telah menguasai beberapa daerah di Indonesia, termasuk Jakarta. Karena kesewenang-wenangan Belanda, Sultan Agung berniat memerangi Belanda untuk mengusir Belanda dari Indonesia. Beda dengan taktik perang yang biasa dipakai oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia, Sultan Agung melancarkan taktik dengan menawarkan kerja sama dengan Belanda. Dalam rencananya, Sultan Agung mengajak Belanda untuk menaklukkan Banten, setelah itu barulah beliau akan menyerang Belanda di Batavia (sekarang Jakarta). Sultan Agung mengajak kerja sama Gubernur Jenderal Belanda saat itu, yaitu Jan Pieterszoon Coen, akan tetapi Jan Pieterszoon Coen mengetahui siasat Sultan Agung tersebut dan menolak ajakan kerja samanya.
Mengetahui siasatnya telah diketahui oleh Belanda, Sultan Agung tidak lantas putus asa. Guna mewujudkan niatnya untuk memerangi Belanda tersebut, Sultan Agung lantas memperbesar angkatan perang Mataram dan merencanakan untuk menyerang Belanda di Jakarta. Sultan Agung adalah penguasa lokal pertama yang secara besar-besaran dan teratur mengadakan peperangan dengan Belanda. Serangan pertama kepada Belanda dilancarkan oleh Sultan Agung pada tahun 1628. Dalam serangan tersebut, Sultan gung mengerahkan armada yang terdiri atas 59 buah kapal dan pasukan darat berjumlah lebih kurang 20.000 orang prajurit. Pasukan tersebut menempuh jalur darat dari Yogyakarta ke Jakarta. Pasukan Sultan Agung yang dipimpin oleh Baurekso dan Tumenggung Suro Agul-Agul menyerang benteng Belanda di Batavia dengan persenjataan tombak dan pedang. Pertempuran tersebut terjadi siang dan malam. Dalam pertempuran tersebut pasukan Belanda dengan meriam-meriamnya berhasil mengalahkan pasukan Mataram.
Pada tahun 1629, Sultan Agung kembali mengerahkan pasukannya untuk menyerang Batavia. Pada serangan yang kedua ini, Sultan Agung mengerahkan pasukan-pasukan berkuda serta dilengkapi dengan gajah-gajah yang mengangkut meriam. Kota Batavia dikepung dengan ketat. Meriam-meriam Mataram menghujani benteng-benteng Belanda. Pasukan Sultan Agung berhasil merebut Benteng Hollandia, akan tetapi pasukan Sultan Agung tidak bisa mempertahankan benteng tersebut karena banyak anggota pasukan Mataram yang terserang wabah penyakit dan banyak yang meninggal dunia. Selain itu, pasukan Belanda juga membakar tempat-tempat penyimpanan bahan makanan pasukan Mataram. Hal tersebut semakin melemahkan kondisi fisik dan mental pasukan Mataram. Serangan kedua yang dilakukan oleh pasukan Sultan Agung-pun mengalami kegagalan. Meskipun begitu, Sultan Agung tetap saja tidak mau berdamai dengan Belanda.
Sultan Agung merupakan raja yang sangat tangguh dan gigih membela kerajaannya dari kekuasaan Belanda. Beliau menutup kota-kota pelabuhan di sepanjang Pantai Utara Jawa. Hanya Pantai Jepara yang menjadi satu-satunya bandar terbuka bagi dunia perdagangan beras. Setalah peperangan tersebut, Sultan Agung kembali memperkuat pertahanan dalam negeri serta memajukan kemakmuran rakyatnya. Pada masa pemerintahannya, Sultan Agung berhasil membawa puncak kejayaan Kerajaan Mataram. Sultan Agung wafat pada tahun 1645. Jenazahnya dimakamkan di pemakaman raja-raja Mataram di Imogiri.
Atas jasa-jasa Sultan Agung Hanyokrokusumo tersebut, Pemerintah Republik Indonesia menganugerahi gelar Pahlawan Nasional, berdasarkan Surat Keptusan Presiden Republik Indonesia, Nomor : 106/TK/1875, tanggal 3 Nopember 1975. Selain itu, pemerintah melalui PT. Pos Indonesia menerbitkan perangko Seri Sultan Agung pada tahun 2006.