Pangeran Antasari, Pahlawan Dari Banjarmasin Kalimantan

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pangeran Antasari, lahir di Kayu Tangi, Banjar, Kalimantan Selatan, pada tahun 1797. Beliau dilahirkan di lingkungan Kesultanan Banjar, dengan nama Gusti Inu Kartapati. Sejak kecil Pangeran Antasari tumbuh di luar lingkungan kerajaan, hal ini dimaksudkan agar Pangeran Antasari bisa membaur dengan rakyat Kesultanan Banjar. Oleh karena itu, Pangeran Antasari sangat dekat dengan rakyatnya, dan bisa merasakan bagaimana penderitaan yang dialami oleh rakyatnya.

gambar : pahlawancenter.com
Ketika Belanda mulai masuk dan menguasai daerah-daerah di Kalimantan, termasuk juga Kesultanan Banjar, Pangeran Antasari sangat anti terhadap Belanda. Apalagi selama menduduki wilayah Kalimantan, belanda menggunakan politik devide et impera yaitu politik mengadu domba. Belanda sengaja memecah belah rakyat Kalimantan, terutama di Kesultanan Banjar agar mereka dengan mudah menguasai daerah tersebut. 

Tahun 1862, Pangeran Antasari diangkat sebagai pemimpin pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar. Beliau menggantikan ayahnya, yaitu Pangeran Masohut (Mas'ud) yang ditangkap Belanda dan dibuang di Tanah Sunda. Selama menjadi Sultan Banjar, Pangeran Antasari mendapat gelar Amirudin Khalifatul Mukminin.

Sebelum itu, pada tahun 1859, Belanda mengangkat Sultan Tamjid sebagai Sultan Banjar, padahal yang seharusnya berhak atas tahta Kesultanan Banjar adalah Pangeran Hidayat. Sejak saat itu dimulailah perlawanan rakyat Banjar terhadap Belanda. Sultan Tamjid tidak disukai oleh rakyat karena ia terlalu memihak kepada Belanda. Rakyat Banjar juga merasa Belanda terlalu jauh ikut campur dalam mengatur kepemimpinan di Kesultanan Banjar. Belanda semakin gencar melakukan siasat adu domba terhadap golongan-golongan yang ada di dalam istana. Akibat dari politik adu domba Belanda tersebut, banyak golongan dalam istana yang terpecah belah dan saling bermusuhan.

Pangeran Antasari merasa prihatin dengan keadaan yang terjadi di Kesultanan Banjar. Beliaupun berusaha untuk membela hak Pangeran Hidayat. Untuk itu, Pangeran Antasari bersekutu dengan kepala-kepala daerah Hulu Sungai, Martapura, Barito, Pleihari, Kahayan, Kapuas, dan lain sebagainya. Usaha Pangeran Antasari untuk melakukan penyerangan terhadap Belanda juga mendapat dukungan dari rakyat Banjar.

Pada tanggal 18 April 1859, Pangeran Antasari memimpin perang pertamanya melawan Belanda dengan menyerang tambang batu bara di Pengaron. Perang ini kemudian dikenal dengan nama Perang Banjar. Selain itu, Pangeran Antasari juga berhasil menyerang dan menguasai Gunung Jabuk yang sebelumnya diduduki Belanda. Bersama pasukannya, Pangeran Antasari juga berhasil menenggelamkan kapal Onrust, dan menewaskan pemimpin kapal tersebut, yaitu Letnan Van der Velde dan Letnan Bangert.

Pangeran Antasari berhasil mengerahkan dan mengobarkan semangat rakyat untuk memerangi Belanda, hingga Belanda merasa kewalahan. Karena hebatnya perlawanan yang diberikan oleh Pangeran Antasari beserta pasukannya, sampai akhirnya Belanda membujuk Pangeran Antasari untuk berdamai. Tapi ajakan Belanda tersebut ditolak oleh Pangeran Antasasi yang tidak mau berkompromi sedikitpun dengan Belanda. 

Pada tahun 1861, Belanda berhasil menangkap Pangeran Hidayat, dan selanjutnya Belanda membuang Pangeran Hidayat ke Cianjur Jawa Barat. Walaupun demikian, Pangeran Antasari tetap melanjutkan perjuangannya. Beliau mengambil alih pimpinan utama. Sampai di usia tua, Pangeran Antasari tetap melanjutkan perjuangannya dalam melawan Belanda hingga ke wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.

Pada tahun 1862, di saat Pangeran Antasari dan pasukannya mempersiapkan untuk mengadakan serangan besar-besaran terhadap Belanda, di daerah Banjar mewabah penyakit cacar. Wabah penyakit cacar ini menyerang dan melemahkan pasukan Banjar, termasuk Pangeran Antasari. Akhirnya pada tanggal 11 Oktober 1862, Pangeran Antasari wafat. Beliau dimakamkan di Taman Makam Perang Banjar (Komplek Makan Pangeran Antasari, di Banjarmasin Utara.

Atas jasa-jasa Pangeran Antasari dalam berjuang melawan Belanda tersebut, Pemerintah Republik Indonesia menganugerahi Pangeran Antasari sebagai Pahlawan Nasional, berdasarkan Surat Keputusan Presiden republik Indonesia, Nomor : 06/TK/Tahun 1968, tertanggal 27 Maret 1968. Selain itu, sebagai penghormatan, nama Antasari dipakai sebagai julukan dari Kalimantan Selatan, yaitu Bumi Antasari. Penghargaan lain yang diberikan pemerintah terhadap Pangeran Antasasi adalah melalui Bank Indonesia dengan mencetak gambar Pangeran Antasari di dalam uang kertas nominal Rp. 2.000,00.  

Semoga bermanfaat.