Aristoteles, Filsafat Berdasarkan Metode Berpikir

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Aristoteles, lahir pada tahun 384 SM di Stagyra daerah Thrakia, Yunani Utara. Di saat usianya menginjak 18 tahun, Aristoteles masuk Akademia di Athena menjadi murid Plato. Hampir selama 20 tahun Aristoteles menjadi murid Plato, hingga pada tahun 335 SM ia kembali ke Athena dan mendirikan sekolah yang ia beri nama Lykaion, yang dikenal juga dengan sebutan sekolah Peripatetik, yang sebenarnya merupakan pusat penelitian ilmiah.

gambar : id.wikipedia.org
Walaupun lama menjadi murid Plato, Aristoteles tidak sepakat dengan Plato, ia menolak ajaran Plato tentang Idea. Menurut Aristoteles, tidak ada idea-idea abadi. Apa yang dipahami oleh Plato sebagai idea, sebenarnya tidak lain adalah bentuk abstrak yang tertanam dalam realitas indrawi sendiri. Dari realitas indrawi konkret akal budi manusia mengabstraksikan paham-paham abstrak yang bersifat umum. Akal budi mengabstraksikan paham orang atau manusia dari orang-orang konkret atau nyata yang kita lihat, yang masing-masing berbeda tapi sama-sama manusia, manusia dalam arti yang sepenuhnya, sepenuhnya manusia. 

Menurut Aristoteles, ajaran Plato tentang idea-idea merupakan interprestasi salah terhadap kenyataan bahwa manusia dapat membentuk konsep-konsep universal tetang hal-hal empiris. Untuk menjelaskan kemampuan itu tidak perlu menerima alam idea-idea abadi. Aristoteles menjelaskannya dengan akal budi manusia untuk membuat abstraksi, untuk mengangkat bentuk-bentuk universal dari realitas empiris individual. Pendekatan Aristoteles adalah empiris. Ia bertolak dari realitas nyata indrawi. Itulah sebabnya Aristoteles begitu mementingkan penelitian di alam dan mendukung pengembangan ilmu-ilmu khusus.

Aristoteles menolak paham Plato tentang idea Yang Baik dan bahwa hidup yang baik tercapai dengan kontemplasi atau penyatuan dengan idea yang baik itu. Menurut Aristoteles, paham Yang Baik itu sedikitpun tidak membantu seseorang untuk mengetahui bagaimana ia harus bekerja dengan baik. Apa yang mebuat kehidupan manusia menjadi bermutu harus dicari dengan bertolak dari realitas manusia sendiri.

Pembagian filsafat menjadi dua bidang, yaitu Filsafat Teoretis dan Filsafat Praktis berdasarkan ajaran Aristoteles tentang metode berpikir. Kata teoretis bersal dari kata Yunani theoria, yang berarti 'memandang', mengkontemplasikan. Theoria atau filsafat merupakan ilmu yang memandang, mencoba memahami dan merefleksikan asal usul, keteraturan dan hukum, serta perkembangan dari segala apa yang ada. Sedangkan filsafat praktis menyelidiki tindakan manusia. Filsafat praktis sebenarnya sama dengan etika dan filsafat politik. Perbedaannya hanya bahwa pada filsafat politik memusatkan perhatiannya pada tatanan komunitas dan negara, etika lebih mempertanyakan bagaimana kehidupan individual harus diwujudkan. Keduanya tidak mencari pengertian teoretis, melainkan mau menjawab pertanyaan bagaimana manusia harus bertindak supaya ia mencapai tujuan.

Ada tiga karya besar Aristoteles yang menyangkut etika, yaitu Ethika Eudemia, Ethika Nikomacheia, dan Politike. Aristoteles adalah pemikir pertama di dunia yang mengidentifikasikan dan mengutarakan etika secara kritis, refleksif, dan argumentatif. Ia juga mengutarakan status teoretis ilmu baru itu serta membahas metode yang sesuai dengan ciri khasnya. Berdasarkan itu, Aristoteles dianggap sebagai filsuf moral pertama dalam arti yang sebenarnya. Aristoteles juga yang dianggap sebagai pendiri etika sebagai ilmu atau cabang filsafat tersendiri.

Pada tahun 342 SM, Aristoteles diangkat menjadi pendidik Iskandar Agung muda di kerajaan Philippus dari Makedonia. Pada tahun 323 SM, setelah kematian Iskandar Agung, ia harus melarikan diri dari Athena karena dituduh menyebarkan ateisme, seperti juga pernah dialami oleh Sokrates 80 tahun sebelumnya. Akhirnya Aristoteles meninggal dunia pada tahun 322 SM. (dari buku : 13 Tokoh Etika, Franz Magnis Suseno)