Tradisi Seserahan Pernikahan di Indonesia

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Seserahan atau hantaran pernikahan adalah barang-barang yang diberikan oleh calon pengantin pria kepada calon pengantin wanita. Umumnya seserahan atau hantaran pernikahan diberikan dalam tiga waktu yang berbeda, yaitu : 
  • Ketika lamaran. Seserahan sebelum menikah biasanya berupa pakaian yang akan digunakan untuk menikah, uang untuk keperluan pesta, bahan mentah, makanan tradisional, serta buah-buahan. 
  • Ketika akad menikah. Seserahan pada saat akad nikah berbentuk mahar, biasanya berupa uang, emas atau perhiasan, perlengkapan shalat, atau surat berharga. Selain itu juga dibawa separangkat pakaian, keperluan rias, tas, sepatu, sandal, dan lain-lain.
  • Sesudah akad menikah, yaitu saat pengantin akan pindah ke rumah mereka untuk hidup mandiri.

Tradisi seserahan ini biasa ditemui di berbagai adat istiadat yang ada di Indonesia. Beda daerah, beda cara. Misalkan  :

1. Pada masyarakat Betawi.
Pada masyarakat Betawi tempo dulu biasanya seserahan menggunakan wadah kayu. Barang-barang hantaran diletakkan di dalam kotak kayu besar yang dipanggul oleh dua orang. Seserahan itu kemudian dibawa ke rumah calon mempelai wanita untuk keperluan pesta pernikahan.

2. Pada masyarakat Kalimantan Barat.
Pada masyarakat Kalimantan Barat, seserahan diletakkan dalam kampu durian, yaitu sebuah wadah yang sengaja dibuat menyerupai durian. Selain itu, barang-barang seserahan tradisional dibungkus di dalam kain dan dibawa ke rumah calon pengantin wanita.

3. Pada masyarakat Melayu.
Pada masyarakat Melayu, seperti Riau dan Sumatera Barat, seserahan biasa menggunakan dulang, yaitu wadah dari kuningan dengan kaki-kaki yang tinggi. Barang-barang yang akan diberikan kepada calon pengantin wanita, termasuk makanan, diletakkan di dalam dulang tersebut dan ditutup dengan kain beludru bersulam benang emas yang mewah. 

4. Pada masyarakat Bali.
Pada masyarakat Bali, seserahan menggunakan banten, yaitu suatu wadah yang terbuat dari bambu yang dianyam. Sebagai tambahannya, banten diberi hiasan janur maupun bunga rampai.

Semakin lama, tren seserahan atau hantaran semakin berkembang. Wadah dan kreasinya juga semakin beragam. Namun demikian, ciri khas masing-masing daerah tetap tidak ditinggalkan. Perubahan banyak terjadi di kemasan. Saat ini seserahan dibentuk sedemikian rupa agar menjadi bingkisan yang menarik.

Selain cantik secara visual, bentuk seserahan juga mengandung filosofi tertentu. misalnya : 
  • Bentuk burung. Hewan yang hidup di alam bebas ini dilambangkan sebagai pembawa berita, berita baik maupun berita buruk. Simbol ini  menjadi pengingat bahwa dalam kehidupan akan selalu ada kejadian baik dan buruk. Karena itu pasangan pengantin harus selalu bisa bekerja sama dalam mengatasi segala hal. 
  • Bentu bunga. Bunga menyiratkan harapan bahwa nantinya ikatan persahabatan dan persaudaraan dalam kehidupan berumah tangga kelak akan selalu terlihat indah dan menebarkan aroma kebaikan yang harum.
  • Bentuk ular. Ular melambangkan binatang berbisa, maksudnya agar calon pengantin selalu berhati-hati dan mawas diri. 
  • Bentuk perahu. Melambangkan dari rumah tangga yang nantinya akan dijalankan oleh pengantin. Pasangan yang akan menikah harus siap mengarungi lautan hidup dengan segala gelombang dan angin besar yang mungkin menghadang. 

Seserahan selain dibentuk, biasanya juga diberikan sentuhan aksesori. Penambahan aksesori bisa mengubah tampilan seserahan yang sederhana menjadi lebih terkesan mewah. (majalah Sekar)