Romantisme Sebagai Bumbu Dan Esensi Perkawinan

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Perkawinan merupakan bersatunya dua individu yang berlainan jenis dengan landasan rasa cinta, untuk membangun sebuah keluarga. Untuk mewujudkan suatu perkawinan yang langgeng dibutuhkan beberapa persyaratan sebagai pondasi untuk memperkokoh bangunan perkawinan tersebut. Selain rasa saling mencintai dan menyayangi, percaya pada masing-masing pasangannya, saling memahami dan menghargai pasangannya, tidak kalah penting sebagai pondasi perkawinan adalah romantisme. Romantisme menghindarkan rasa jenuh dalam suatu hubungan rumah tangga. Romantisme juga merupakan suatu bentuk penghargaan dan membutuhkan antara satu pihak dengan pasangannya.

gambar : life.viva.co.id
Romantisme sebagai bentuk perwujudan kepedulian satu sama lain menjadi esensi sebuah perkawinan. Bila kepedulian antara pasangan suami isteri hanya muncul sepihak, dalam arti yang bahagia hanya suami atau isteri saja, hubungan mereka pasti hanya mengedepankan azas pemanfaatan. Kalau hal tersebut yang terjadi, pasangan tersebut harus melakukan introspeksi dan refleksi diri, apa komitmen mereka saat memasuki gerbang perkawinan. Termasuk juga mempertanyakan kembali niat awal saat memutuskan untuk melangsungkan pernikahan. 

Selanjutnya jabarkan komitmen tersebut dalam keseharian, yaitu berupa langkah-langkah nyata yang harus mereka upayakan agar pernikahan langgeng, serta senantiasa berusaha memahami pasangannya sekaligus menjadikan pasangan sebagai pusat perhatian. Pemahaman tersebut yang semestinya menjadi akar dari terciptanya kepedulian dan romantisme.

Hanya saja, yang sering terjadi saat dalam pernikahan dikaruniai anak, umumnya perhatian dan waktu dari masing-masing pasangan (suami maupun isteri) seolah terkuras habis hanya tertuju pada si anak, sehingga diantara mereka merasa terabaikan. Atau dengan kata lain, anak menjadi alasan buat pasangan suami isteri untuk tidak lagi mempunyai waktu buat memperhatikan pasangannya. Tidak jarang isteri atau suami enggan untuk berdua-duaan bila harus meninggalkan anaknya.

Padahal, ada atau tidak ada anak, romantisme perkawinan tetap perlu terus dijaga dan ditumbuh-suburkan. Sekali waktu, pasangan suami isteri perlu menghabiskan waktu berdua, hal itu untuk lebih membangun kedekatan hubungan antara mereka. Sekali-kali si anak bisa dititipkan sementara ke nenek atau saudaranya yang lain. 

Satu kesalahan yang tidak disadari oleh orang tua adalah mereka sering terlalu mengistimewakan anak hingga mengabaikan pasangannya. Padahal, sebagai orang tua seharusnya tidak dibenarkan menciptakan ketergantungan mutlak dalam diri anak kepada ayah atau ibunya. Selain tidak baik dampaknya bagi perkembangan si anak sendiri, romantisme sebagai pasangan suami isteri juga akan menghilang seiring dengan berjalannya waktu.

Selain terus menumbuhkan romantisme, Rasa cinta bisa tumbuh dan berkembang apabila terus dipupuk Idealnya suatu rumah tangga yang dibangun dengan berpondasikan rasa cinta akan dapat berdiri dengan kokoh dan kuat. Sebagai pondasi tentunya akan banyak hal yang bisa menyebabkan kerusakan terhadap pondasa tersebut. Oleh karenanya diperlukan perawatan untuk menjada pondasi tersebut agar tetap kuat mengikat biduk rumah tangga.

Agar rumah tangga tetap langgeng, dan tahan dengan terpaan badai dalam kehidupan, diperlukan 'bumbu' penguat. Beberapa 'bumbu' penguat yang diperlukan dalam rumah tangga agar cinta tetap terjaga dan tidak mudah hambar, adalah sebagai berikut :
  • Usahakan untuk selalu jujur.
  • Tetap percaya pada pasangan dan jaga kepercayaan yang diberikan oleh pasangan.
  • Memberi perhatian pada pasangan.
  • Tetap menjaga dan memperkuat komunikasi.
  • Samakan visi.
  • Ikhlas dan selalu bersyukur dengan apa yang ada.

Dengan 'bumbu' tersebut, rumah tangga dapat diusahakan tetap berdiri kokoh, tahan terhadap badai yang mengguncang rumah tangga, dan hanya maut yang bisa memisahkan pasangan kita.

Semoga bermanfaat.