Tradisi Menanam Ari-Ari

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Tradisi menanam ari-ari merupakan simbol siklus hidup manusia karena terkait dengan kelahiran. Selama berada di dalam kandungan, bayi bisa hidup dengan adanya bantuan ari-ari. Fungsi ari-ari sangat banyak, misalnya sebagai alat pernafasan, pencernaan, dan penyimpanan makanan. Biasanya ari-ari ini akan keluar
gambar : jogjakartanews.com
berbarengan dengan kelahiran bayi. Makanya ada juga anggapan bahwa ari-ari merupakan saudara kembar si bayi.

Tradisi menanam ari-ari ada di beberapa suku di Indonesia. Meski caranya berbeda-beda, tradisi ini mempunyai makna yang sama, yaitu simbol pengharapan.

Untuk menghormati ari-ari, orang Jawa biasanya melakukan upacara mendhem ari-ari. Ari-ari atau plasenta disebut juga dengan aruman, atau embing-embing, atau mbingmbing. Menurut kepercayaan orang Jawa, ari-ari merupakan saudara si bayi sehingga harus dirawat dan dijaga sebaik mungkin.

Biasanya tempat penanaman ari-ari akan dipagari memakai kurungan (ayam). Lalu bagian atas kurungan itu ditutup, sementara di tanah diletakkan lampu sebagai penerangan selama 35 - 40 hari. Lampu merupakan simbol penerangan (pepadhang) bagi bayi. Sementara pemagaran di sekitar tempat menanam ari-ari itu ditujukan agar bayi terlindungi dari binatang (seperti ayam atau kodok). Biasanya di sekitar penanaman ari-ari diletakkan berbagai benda yang memaknai pengharapan orang tua pada bayinya.

Masyarakat Bali yang sangat dipengaruhi agama Hindu memiliki tradisi berbeda. Orang Bali berkeyakinan bahwa bayi selama di kandungan ditemani saudara-saudaranya sebanyak tiga orang. Ketiga orang itu penggambaran Tri Murti, yaitu Brahma, Wisnu, dan Siwa. Karena dianggap sebagai perwujudan saudara-saudara si bayi, sejak 0 hari sampai 105 hari (tiga bulan Bali atau 1 bulan = 35 hari), ari-ari tersebut diberi sesajen, lalu disiram oleh air bekas mandi si bayi. Setelah lewat 105 hari, ari-ari tersebut tetap diberikan sesajen, tapi hanya kalau ada hari besar keagamaan.

Suku Bone di Sulawesi menanam ari-ari di bawah pohon kelapa agar si bayi memiliki martabat yang tinggi dan kelak dapat bermanfaat bagi masyarakat. Di Palembang ada masyarakat yang menanam ari-ari di masjid agar anak tersebut rajin ke masjid. sementara di Padang, ari-ari di hanyutkan ke sungai dengan harapan agar anak-anak kelak berhasil di negeri orang atau yang kerap disebut merantau. (majalah Sekar)