Sudah tidak terhitung berapa banyak korban berjatuhan di laut Selatan. Legenda menyebut, bahwa selalu munculnya korban itu dikarenakan ulah dendam penguasa laut Selatan. Tetapi penjelasan ilmiahnya bicara lain. Kebanyakan korban adalah wisatawan domestik berusia muda, yaitu berumur antara 15 - 28 tahun. Mereka berlibur ke pantai laut Selatan untuk menikmati keindahan panorama alam pantai dan merasakan sensasi deburan ombak.
Percaya atau tidak, namun legenda penguasa laut Selatan itu hidup secara turun temurun di sanubari masyarakat pulau Jawa, khususnya kaum nelayan dan penduduk sepanjang pantai selatan pulau Jawa.
Legenda penguasa laut Selatan inipun mempunyai banyak versi di kalangan masyarakat Jawa. Misalnya, menurut legenda masyarakat pesisir selatan Jawa Barat, Nyi Lara Kidul adalah penjelmaan dari putri Kadita, salah satu putri tercantik Prabu Siliwangi.
Syahdan pada masa Prabu Siliwangi memerintah di kerajaan Pajajaran, ia memiliki seorang permaisuri cantik dan sejumlah selir. Suatu ketika sang permaisuri melahirkan anak permpuan cantik, bahkan melebihi kecantikan ibundanya. Ia dinamai Putri Kadita, yang artinya putri nan cantik jelita. Kebaikan hati dan kecantikan Putri Kadita menimbulkan rasa iri para selir yang takut tersisih dari hadapan Prabu Siliwangi. Mereka kemudian bersekongkol menghancurkan kehidupan Putri Kadita dan ibunya. Keduanya diguna-guna hingga menderita sakit kulit yang sangat parah di sekujur tubuh. Di bawah pengaruh sihir para selir, Prabu Siliwangi pun mengusir keduanya dari keraton. Karena dikuatirkan, meraka akan mendatangkan malapetaka bagi kerajaan.
Dalam kondisi yang mengenaskan, Putri Kadita dan ibunya pergi tanpa tujuan yang jelas. Sang permaisuri tewas dalam pengembaraan, sedangkan Putri Kadita terus berjalan ke Selatan sampai akhirnya tiba di sebuah bukit terjal di pantai Karanghawu dengan deburan ombak dahsyat dan pemandangan alam yang indah. Karena amat kelelahan, Putri Kadita tertidur pulas.
Dalam tidur ia bermimpi bertemu dengan orang suci yang menasehati agar sang putri menyucikan diri dengan melompat ke laut untuk mendapatkan kesembuhan, mengembalikan kecantikannya, dan sekaligus beroleh kekuatan supranatural untuk membalas penderitaan yang dialami. Begitu terbangun, tanpa ragu Putri Kadita melompat dari tebing curam ke tengah gulungan ombak dan tenggelam ke dasar laut Selatan. Mimpinya pun menjadi kenyataan. Selain sembuh dan kembali cantik, ia juga memperoleh kekuatan supranatural serta keabadian. Namun sang putri harus tetap bersemayam di laut Selatan. Sejak saat itu, Putri Kadita menjelma menjadi Nyi Lara Kidul (lara berarti derita, kidul berarti selatan), sang ratu penguasa laut Selatan. Konon banyak nelayan yang secara tidak terduga melihat sosok putri cantik jelita yang tiba-tiba muncul dari balik gulungan ombak.
Dengan kekuatan supranaturalnya Nyo Lara Kidul acap membalas dendam atas penderitaan yang pernah dia alami dengan meminta korban, khususnya keturunan para selir Prabu Siliwangi yang pernah menyakitinya. Benarkah demikian ? Entahlah. Untuk meredam kemarahan Nyi Lara Kidul, setiap tanggal 6 April nelayan Pelabuhan Ratu melakukan Upacara Laut berupa persembahan kepala kerbau dan sesaji lain. Tujuannya, agar mendapat keselamatan, perlindungan, dan hasil tangkapan ikan yang melimpah.
Semoga bermanfaat.