Kadangkala pendaki yang berada di kawasan alun-alun Suryakencana akan mendengar suara kaki kuda yang berlarian, tapi kuda tersebut tidak terlihat wujudnya. Konon kejadian ini ditangkap sebagai pertanda Pangeran Suryakencana datang ke alun-alun dengan dikawal oleh para perajurit. Selain itu terkadang para pendaki akan melihat suatu bangunan istana.
Kawasan gunung Gede merupakan tempat bersemayam Pangeran Suryakencana. Bersama rakyat jin, beliau menjadikan alun-alun sebagai lumbung padi yang disebut leuit salawe, selawe jajar, kebun kelapa Salawe Tangkal, dan Salawe Manggar. Petilasan singgasana Pangeran Suryakencana berupa batu besar berbentuk pelana, hingga kini masih berada di tengah alun-alun dan disebut dengan nama batu Dongdang yang dijaga Embah Layang Gading. Sumber air yang berada di tengah alun-alun, semula merupakan jamban untuk keperluan minum dan mandi.
Di dalam hutan yang mengitari alun-alun Suryakencana, terdapat situs kuburan kuno yang dipercaya sebagai tempat bersemayam Prabu Siliwangi. Pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi yang menguasai Jawa Barat, terjadi peperangan melawan Majapahit. Selain itu, Prabu Siliwangi juga harus berperang melawan kerajaan Kasultanan Banten. Setelah menderita kekalahan yang sangat hebat, Prabu Siliwangi melarikan diri bersama dengan para pengikutnya ke gunung Gede.
Di sekitar gunung Gede, banyak terdapat petilasan peninggalan bersejarah yang dianggap sakral oleh sebagian peziarah, seperti petilasan Pangeran Suryakencana, Putri Jin, dan Prabu Siliwangi. Kawah gunung Gede yang terdiri dari kawah Ratu, kawah Lanang, dan kawah Wadon, dijaga oleh Embah Kalijaga. Emah Serah adalah penjaga lawang seketeng (pintu jaga) yang terdiri atas dua buah batu besar. Pintu jaga tersebut berada di Batu Kukus.
Eyang Jayakusumah adalah penjaga gunung Sela yang berada di sebelah utara puncak gunung Gede. Sedangkan Eyang Jayarahmatan dan Embah Kadok menjaga dua buah batu di halaman parkir kendaraan wisatawan kawasan Cibodas. Kedua buah batu tersebut dulu pernah mau dihancurkan, tapi bor mesin tidak mampu menghancurkannya. Dalam kawasan Kebun Raya Cibodas, terdapat petilasan makam Eyang Haji Mintarasa.
Pangeran Suryakencana menyimpan hartanya dalam sebuah goa lawa (wallet) di sekitar air terjun Cibeureum. Goa tersebut dijaga oleh Embah Dalem Cikundul. Tepat di tengah-tengah air terjun Cibeureum ini terdapat batu besar yang konon semula adalah seorang pertapa sakti. Dipercayai oleh penduduk sekitar, bahwa pada hari kiamat nanti, ia akan kembali berubah menjadi manusia. (dari buku Hikayat Bumi Jawa, Agustina Soebachman)
Semoga bermanfaat.
Semoga bermanfaat.