Wayang Orang, Kesenian Asli Indonesia

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Wayang orang atau dalam bahasa Jawa disebut Wayang Wong, dikenal oleh masyarakat Jawa sejak pertengahan abad ke-18. Pada tahun 1960-an sampai 1970-an wayang orang mencapai puncak kejayaannya.

gambar : rri.co.id
Sayang sekali, budaya tradisional asli Indonesia ini, semakin lama semakin tergerus oleh jaman. Banyak generasi muda Indonesia saat ini sudah tidak melirik lagi keberadaan wayang orang, apalagi mempelajarinya. Sementara generasi tua (seniman tradisional) yang menggeluti dunia wayang orang, semakin lama semakin berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Entah sampai kapan lagi wayang orang bisa bertahan di bumi Indonesia. Bisa jadi suatu saat nanti, generasi Indonesia selanjutnya yang ingin mengetahui dan mempelajari lebih lanjut serta menonton langsung seni budaya wayang orang ini, mereka harus menontonnya langsung ke negara lain, seperti Belanda, Amerika, atau negara-negara lain yang saat ini banyak warganya belajar seni wayang orang di Indonesia, sebagaimana banyaknya orang-orang asing tersebut belajar seni Kerawitan, Gamelan, Pe-dalang-an, Nyinden, dan seni budaya asli Indonesia lainnya.

Wayang orang adalah sebuah bentuk drama yang dilengkapi tari-tarian. Wayang orang sebenarnya adalah pengembangan bentuk aslinya, yaitu wayang kulit. Inti cerita biasanya bersumber pada kisah Ramayana dan Mahabarata.

Pertama kali bentuk wayang orang ini diciptakan oleh Kanjeng Pangeran Adipati Arya Mangkunegara dari Surakarta. Para pemainnya bersal dari kalangan dalam istana, bukan masyarakat umum. Para pemeran wayang orang berlakon layaknya tokoh-tokoh wayang kulit. Mereka memakai pakaian yang sama dengan tokoh yang ada di wayang kulit serta mengenakan tata rias untuk menunjang penampilan mereka. Pada awalnya semua pemain wayang orang adalah laki-laki, perempuan tidak boleh bergabung. Lama-kelamaan, peraturan tersebut diubah dan perempuanpun bisa berpartisipasi.

Berdasarkan beberapa sumber informasi kebudayaan, diketahui bahwa wayang orang pertama kali dipentaskan pada tahun 1760, dan terbatas untuk kalangan tertentu. Saat Mangkunegara VII, raja keraton Surakarta berkuasa, wayang orang diperkenalkan kepada masyarakat di luar keraton. Sambutannya sangat baik, rakyat biassa yang punya bakat menari bergabung untuk menjadi pemeran wayang orang.

Wayang orang memiliki gerakan-gerakan yang berbeda bagi laki-laki dan perempuan. Gerakan untuk laki-laki di antaranya adalah :
  • Alus atau lembut, untuk pemeran seperti Arjuna.
  • Gagah dan bertenaga, untuk pemeran seperti Bima.
  • Kasar atau beringas, untuk pemeran  raksasa.
  • Gecul, terutama untuk tokoh pejuang dari kalangan hewan, seperti Hanoman.
Untuk penari perempuan gerakannya disebut ngenceng encot atau nggruda. Ngenceng encot ini terdiri dari sembilan gerakan dasar, yang dinamakan joged poko dan 12 gerakan tambahan, yang dinamakan joged wirogo atau gubahan.

Pagelaran wayang orang tetap menghadirkan dalang, musisi, dan sinden. Tapi tugas-tugas dalang banyak diambil alih oleh para pemerannya dengan melakukan dialog langsung. Sang dalang lebih berperan dalam narasi pembuka dan penutup.

Pada akhirnya, marilah para generasi muda Indonesia untuk ikut melestarikan budaya tradisional asli Indonesia ini. Kalau belum mau ikut bergabung dalam sanggar-sanggar tari wayang orang, setidaknya luangkan waktu untuk menonton langsung pertunjukan wayang orang. Pasti ada hal-hal yang lebih menarik dibandingkan kalau anda sekalian menonton bioskop.

Semoga bermanfaat.