Seputar Meningitis (Radang Selaput Otak)

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
1. Sejarah dan Penyebab Meningitis (Radang Selaput Otak).
Meningitis adalah penyakit yang ditandai dengan peradangan pada selaput otak dan sumsum tulang belakang.  Meningitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, ataupun zat kimia berbahaya yang dapat mengakibatkan kondisi kerusakan otak, hilangnya pendengaran, kebutaan, sampai dengan kematian. Gejala penyakit meningitis yang menyerang manusia adalah sakit kepala, demam, mengalami kebingungan, dan peningkatan kepekaan terhadap cahaya atau suara keras.

gambar : nurseslabs.com
Beberapa ahli sejarah menduga bahwa penyakit tersebut ditemukan oleh ahli fisika Yunani, Hipocrates. Ada juga yang berpendapat bahwa penemu miningitis adalah ahli fisika, Ibn Sina dari Persia di jaman pra renaisans. Namun, sebagian besar ahli sepakat, bahwa penyakit miningitis awalnya ditemukan oleh Sir Robert Whytt. Sir Robert Whytt (1714 - 1766), seorang ilmuwan kelahiran Edinburg adalah seorang ahli fisika yang pertama kali mendiskripsikan tuberculous meningitis. Pada saat itu, penyakit tersebut dikenal dengan nama "dropsy in the brain" atau pembengkakan di otak.  

Wabah meningitis pertama kali ditemukan di Jenewa, pada tahun 1805 oleh Gaspard Vieusseux (1746 - 1814) dan Andre Matthey (1778 - 1842). Pada tahun 1840, wabah meningitis terjadi di Afrika. Pada abad ke-20, tepatnya antara tahun 1905 - 1908, wabah meningitis semakin meluas di Afrika, dan yang terparah adalah di Nigeria dan Ghana. Organisme yang menyebabkan meningitis yang teridentifikasi di akhir abad ke-19 adalah Streptococcus radang paru-paru, Meningokokus, dan Haemophilus influenzae. 

Gejala meningitis pertama kali diungkapkan oleh dokter Vladimir Kernig dari Rusia, pada tahun 1884 dan dokter Jozef Brudzinski dari Polandia, pada tahun 1899.  Pada tahun 1906, ilmuwan Amerika Serikat, Simon Flexner mengembangkan penelitian tentang meningitis, dan dia menyimpulkan bahwa antibodi untuk penyakit meningitis dapat dihasilkan dari kuda. Selanjutnya Simon Flexner dan Georg Joachmann dari Jerman sukses mengobati penyakit meningitis dengan terapi serum, dan menyatakan bahwa penisilin adalah obat efektif untuk mengobati penyakit meningitis.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bakteri penyebab meningitis menginfeksi lebih dari 400 juta orang di seluruh dunia, dengan tingkat kematian 25 %. Terbanyak terjadi di Afrika dan Asia, khususnya di negara-negara dengan tingkat kebersihan lingkungan yang belum memadai.

2. Penularan dan Pengobatan Meningitis (Radang Selaput Otak).
Meningitis merupakan penyakit yang disebabkan infeksi bakteri meningokokus yang menyerang selaput otak serta sumsum tulang belakang. Meningitis terbagi menjadi dua jenis, yaitu septik (bakteri) dan aseptik (virus). Masa inkubasinya selama 2 - 10 hari, lalu menyebar melalui darah sehingga menimbulkan penyakit menyeluruh. Penularan bakteri meningitis yang bersifat langsung dapat terjadi melalui udara atau kontak dengan cairan pada saluran pernafasan. Misalnya, pemakaian gelas bersama dengan penderita meningitis. Bakteri yang menular akan menempati daerah nasofaring (tenggorokan), kemudian menembus selaput lendir. Dalam kondisi tubuh lemah, mikroorganisme dari nasofasring dapat masuk ke dalam sirkulasi darah, kemudian menyebar hingga ke selaput otak, sendi, jantung, serta ke seluruh tubuh.

Diagnosa penyakit meningitis dilakukan dengan melakukan tes darah serta mengambil cairan serebrospinal. Komplikasi yang mungkin terjadi pada penyakit ini bisa sangat fatal. Penderita bisa mengalami tuli, kejang, dan infrark otak yang menjurus ke cacat permanen, bahkan kematian. Pencegahan terbaik terhadap penyakit meningitis adalah dengan tindakan preventif. Pencegahan yang utama adalah dengan memberikan imunisasi vaksin meningitis. Apabila anda hendak bepergian ke daerah endemik meningitis, hendaklah terlebih dahulu melakukan vaksinasi meningitis paling lambat 10 - 14 hari sebelum tiba ke daerah tujuan. Hal ini dikarenakan tubuh membutuhkan waktu sekitar dua minggu untuk membentuk antibodi. Dan jika sudah terbentuk, antibodi dapat bertahan selama dua tahun.

Pencegahan penyakit meningitis lainnya tentunya dengan cara menjalankan perilaku hidup bersih, seperti membiasakan membersihkan tangan setelah melakukan aktivitas, mengenakan masker, terutama kalau berada di daerah endemik meningitis, mengkonsumsi makanan dan minuman dengan asupan nutrisi seimbang. Pengobatan terhadap penyakit meningitis dapat dilakukan dengan :
  • Untuk kondisi penderita meningitis virus, biasanya akan membaik dalam beberapa minggu. Penanganan meningitis ini bisa dilakukan dengan banyak istirahat dan minum obat pereda rasa sakit untuk sakit kepala. 
  • Untuk kondisi penderita meningitis bakterialis, bisa dirawat dengan antibiotik atau obat-obatan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Perawatan perlu dilakukan di rumah sakit. Untuk kasus yang sudah parah, disarankan untuk dirawat di Unit Perawatan Intensif (ICU) agar fungsi vital tubuh dapat dipantau dengan seksama.

Beberapa tahun yang lalu, hampir semua orang yang mengidap bakteri meningitis akan meninggal dunia, tapi sekarang terjadinya kematian terhadap penderita menginitis hanya disebabkan oleh septikemia (infeksi darah). Terdapat 25 % dari keseluruhan penderita akan mengalami komplikasi meningitis, misalnya kehilangan pendengaran setelah terinfeksi bakteri meningitis.  

3. Hemofilus Influenza Tipe B.
Hemofilus Influenza tipe B atau HIB merupakan salah satu bakteri yang sering menyebabkan pneumonia (infeksi pada jaringan paru) dan meningitis (infeksi selaput otak). Akan tetapi bakteri ini hanya salah satu dari sekian banyak kuman penyebab pneumonia dan meningitis. Banyak literatur yang menyatakan Hemofilus Influenza tipe B sebagai salah satu kuman yang paling sering menyebabkan kedua penyakit berbahaya tersebut. Hanya saja di Indonesia, penyebab pasti pneumonia dan meningitis sampai saat ini belum diketahui karena belum ada data yang memadai. Fakta tersebut disebabkan sulitnya prosedur diagnosis dan mahalnya biaya penelitian untuk itu. Namun begitu, di Indonesia telah memiliki hasil penelitian penggunaan vaksin Hemofilus Influenza tipe B ini dengan sampel yang cukup besar yang mendukung penggunaan vaksin ini. Imunisasi Hemofilus Influenza tipe B ini hanya pilihan, dalam arti apabila orang tua punya dana yang cukup, sebaiknya melakukan vaksinasi ini. Karena harga vaksin yang relatif cukup mahal. Yang perlu diingat, karena penyebab pnemonia dan meningitis tidak hanya bakteri ini, jadi meskipun sudah mendapat imunisasi Hemofilus Influenza tipe B, bukan berarti anak akan terlindungi dari semua penyebab pnemonia dan meningitis.

Bila pemerintah atau organisasi profesi mewajibkan suatu vaksin untuk seluruh anak Indonesia, konsekuensinya pemerintah harus menyediakan dana. Tidak saja yang berkaitan dengan dana impor vaksin, tapi juga dana distribusi dan sebagainya. Dari sisi kebijakan publik, negara masih belum perlu dan mampu untuk mewajibkan Imunisasi Hemofilus Influenza tipe B ini. Imunisasi Hemofilus Influenza tipe B ini dilakukan tiga kali sebelum usia 12 bulan, bersamaan dengan imunisasi DPT dan polio. Selanjutnya diberikan booster satu kali pada usia 15 - 18 bulan.

Demikian penjelasan berkaitan dengan seputar meningitis (radang selaput otak).

Semoga bermanfaat.