Dalam budaya Indonesia dimana umumnya laki-laki mempunyai peran lebih dominan, pasangan suami isteri dimana usia suami lebih muda tak jarang dianggap aneh. Laki-laki dituntut menjadi pemimpin, imam, atau kepala keluarga. Seorang pemimpin biasanya adalah orang yang bijaksana, yang pengetahuannya didapatkan seiring berjalannya waktu. Ini berarti seorang pemimpin haruslah sudah mencapai usia yang cukup. Kalau dalam sebuah keluarga usia suami lebih muda, dikuatirkan ia tidak bisa menjadi pemimpin yang baik karena dianggap pengalaman hidupnya masih kurang. Jadi banyak orang menganggap selayaknya dalam sebuah rumah tangga, suami harus lebih tua dari pada isteri.
Secara sosial, tradisi suami lebih tua menguatkan gagasan bahwa laki-laki dan keturunan laki-laki lebih penting. Secara tidak langsung berarti laki-laki lebih memiliki kekuasaan dan kemampuan untuk memutuskan kehidupan rumah tangga. Anggapan seperti ini seringkali dikemas dengan menyisipkan nilai-nilai agama. Karena nilai-nilai tersebut sudah melekat dalam kehidupan masyarakat kita, sehingga tak jarang sebuah pernikahan yang mempelai perempuannya berusia lebih tua kemudian dianggap tabu. Urusan tabu semacam ini ternyata bukan tantangan satu-satunya yang mesti dihadapi perempuan dan pasangan lebih mudanya tersebut. Perbedaan cara berpikir, minat, dan energi juga berperan penting dalam keharmonisan rumah tangga keduanya.
Perempuan yang berpasangan dengan laki-laki yang lebih muda harus menyadari perbedaan-perbedaan ini dan mesti menyiapkan mentalnya. Ia harus selalu siap membantu pasangannya, membantu mengarahkan, dan lain-lain. Ada kemungkinan laki-laki itu akan bergantung pada si perempuan. Apalagi kalau ketergantungan itu juga menyangkut masalah keuangan keluarga, kondisinya akan jadi lebih rumit. Selain berperan sebagai pasangan, sang perempuan juga harus menunjang kehidupan laki-laki. Kalau tidak dihadapi dengan bijaksana, hal tersebut sangat potensial menjadi pemicu konflik. Hal inilah yang menjadi pemicu timbulnya anggapan, laki-laki lebih muda tidak mampu menjadi pemimpin dalam keluarga.
Kebutuhan biologis juga menjadi permasalahan tersendiri. Walaupun hal ini bukan masalah yang mutlak. Namun dalam sebuah hubungan keluarga, hubungan suami isteri tetap memainkan peranan penting. Pada titik ketika perempuan sudah berkurang kemampuannya dalam menjalankan tugasnya sebagai isteri, justru saat itu suami masih "jaya". Hal ini sering menjadi permasalah tersendiri, kalau keduanya tidak bisa menyikapinya dengan bijak.
Sebenarnya, cara berpikir tidak mutlak tergantung dengan usia. Usia tidak selalu berhubungan dengan tingkat kedewasaan seseorang. Bisa jadi cara berpikir suami yang lebih muda ternyata jauh melebihi usianya. Pasangan yang sama-sama dewasa dan percaya diri akan mampu menjalankan hubungan mereka dengan lebih baik. Bagi mereka, tidak ada yang lebih dominan dan usia hanyalah sebuah angka. Jenis hubungan yang seperti ini justru malah bisa mendatangkan keuntungan bagi si perempuan. Ia jadi bisa memahami lingkungan atau dunia yang bukan untuk usianya. Wawasannya pun jadi lebih luas. Seorang perempuan juga bisa jadi lebih toleran dan menghargai perbedaan.
Terhadap pernikahan di mana usia suami lebih muda, masyarakat memang akan menggunjingkannya, tapi hanya sebatas itu. Pada satu titik pasti omongan seperti itu akan berhenti. Cara pasangan tersebut menjalani kehidupan rumah tangga adalah bentuk pembuktian terhadap semua omongan tersebut. Kalau kehidupan mereka adem ayem, tidak akan ada orang yang akan mengomentari.
Bagaimana apabila isteri lebih tua daripada suami ? Bagi perempuan, memiliki pasangan yang usianya lebih tua sudah jamak dan dianggap lumrah. Tapi bila seorang perempuan bersuamikan laki-laki yang lebih muda ? Ada beberapa hal yang bisa dilakukan bagi pasangan yang usia isteri lebih tua daripada suami untuk mendapatkan kenyamanan dalam kehidupan rumah tangganya :
- Memiliki kesadaran bahwa pasangan yang anda pilih sudah sesuai dengan sosok ideal anda. Pemilihan jodoh itu adalah kebutuhan kita dan hanya kitalah yang tahu persis apa yang kita inginkan.
- Sadarilah perbedaan di antara anda berdua dan konsekuensi-konsekuensi yang mungkin muncul karena itu. Jadi bicarakan masalah ini baik-baik dengan pasangan.
- Pahamilah bahwa pilihan anda untuk menikahi laki-laki dengan usia lebih muda adalah sesuatu yang belum lazim di masyarakat dan pasti akan mendapat gunjingan, namun anda tidak perlu malu atau takut, ini bukanlah dosa.
- Jangan menanggapi secara berlebihan gunjingan atau pandangan dari masyarakat sekitar tentang pernikahan anda. Itu merupakan suatu reaksi yang wajar-wajar saja. Buktikan bahwa anda berdua juga bisa mencapai kebahagiaan dan kehidupan rukun tenteram seperti pasangan biasa.
- Seandainya memiliki anak, siapkan sosialisasi nilai-nilai pada anak bahwa perbedaan usia antaya ayah dan ibunya merupakan pilihan orang tua mereka sendiri. Tak ada yang salah dengan itu.
- Walau sudah menikah, bukan berarti 'perjuangan' berhenti sampai di situ. Suami isteri mesti bekerja sama untuk menjaga kelanggengan rumah tangga. Keduanya harus saling menyesuaikan diri. Ini adalah sebuah proses yang berlangsung hingga akhir kehidupan kita.
Setiap manusia bisa jatuh cinta dengan siapa saja dan setiap individu memiliki perbedaan. Perbedaan inilah yang seharusnya dijadikan alat untuk mempererat rumah tangga, bukan untuk memecah belah.
Semoga bermanfaat.
Semoga bermanfaat.