Menyikapi Sifat Suami Yang "Anak Mami"

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
"Anak mami" merupakan produk pola asuh memanjakan anak secara berlebihan oleh orang tua, terutama ibu. Anak terbiasa mendapatkan keinginannya dengan mudah. Hal ini tidak tergantung dia anak bungsu atau atau anak tunggal. Kedekatan suami pada ibunya seringkali membuat masalah baru. karena ketergantungannya itu, suami tidak bisa berperan optimal sebagai kepala keluarga. 

gambar : madjongke.com
Pada umumnya, dalam waktu 3 sampai enam bulan setelah kita mengenal seseorang secara mendalam, kita sudah  dapat mengenali sifat khas anak mami. Beberapa karakter anak mami, di antaranya :
  • Ia memiliki rasa ketergantungan yang mat besar terhadap sang ibu. 
  • Jika menghadapi masalah sering kali berkonsultasi kepada ibunya.
  • Ia menganggap segala sesuatu yang dimiliki ibu adalah hal yang paling hebat dan paling benar.
  • Ia akan selalu melibatkan sosok ibu pada setiap topik pembicaraan atau ketika akan menentukan suatu sikap.

Karena segala sesuatunya tergantung ibu, biasanya "anak mami" cenderung tidak mau susah dan repot memikirkan masalah. Ia hanya memikirkan kepentingannya sendiri. Lantas bagaimana dengan suami anda ? Dari karakteristik di atas, anda dapat mengenali apakah suami anda memiliki kecenderungan sebagai seorang "anak mami" atau tidak. 

Ada beberapa tingkatan ketergantungan suami yang "anak mami" pada sang ibu :
  1. Anak mami yang memberikan perhatian penuh pada ibunya, tapi mandiri dalam mengambil keputusan di kehidupan pribadinya.
  2. Anak mami yang dalam kehidupan pribadinya melibatkan sang ibu, tapi masih bisa mengambil keputusan sendiri. 
  3. Anak mami yang bergantung penuh pada ibunya.

Dalam menyikapi sifat suami yang "anak mami" tersebut, pertama-tama anda mesti mencari tahu terlebih dahulu tipe anak mami yang manakan sang suami. Tipe yang pertama dan kedua memerlukan kematangan isteri dalam bersikap. Sedangkan untuk tipe ketiga, sangat membutuhkan perempuan dengan sikap keibuan yang sangat tinggi. Tapi apapun tipe anak maminya, kunci utama terletak pada kesediaan isteri menjalin kerja sama dengan ibu mertua.

Untuk membatasi ketergantungan suami dengan ibunya, kembali lagi pada pasangan masing-masing. Buatlah komitmen dengan suami bahwa untuk persoalan internal keluarga, sebaiknya tidak melibatkan orang lain di luar keluarga inti. Isteri perlu menjelaskan kepada suami, bahwa keluarga intinya sekarang sudah berubah dan berbeda. Kalau dulu ia menjadi kelurga inti ibunya, sekarang keluarga intinya adalah anda selaku isteri dan anak-anaknya. Sementara untuk urusan keluarga besar atau persoalan umum lainnya, ia masih boleh melibatkan ibunya.

Untuk bisa merubah sifat suami yang "anak mami" tersebut, tidak mutlak harus melibatkan ibu mertua. Perubahan yang baik seharusnya berasal dari diri suami sendiri. Suami harus bisa menjelaskan pada ibunya bahwa sekarang ia sudah memiliki keluarga baru yang akan menyita perhatian utamanya. Disinilah peran isteri sangat besar dalam meyakinkan suami akan pentingnya keluarga baru dan fungsinya sebagai kepala keluarga.

Apabila pada kondisi tertentu anda merasa bahwa suami tidak berubah, anda baru boleh membicarakan hal tersebut dengan ibu mertua. Anda dapat meminta masukan dari ibu mertua, tentang bagaimana cara berkomunikasi dengan suami. Bukan mengadukan suami. Yang harus anda perhatikan adalah anda mesti berhati-hati dalam mengutarakan hal tersebut, karena secara tidak langsung berarti anda sudah mengkritik pola asuh ibu mertua yang membentuk suami menjadi "anak mami".

Yang penting, dalam menyikapi sifat suami tersebut, anda sebagai isteri tidak perlu menjadi orang lain, apalagi menjadi sosok ibu yang diidolakan sang suami. Yang tepat adalah tetap menjadi diri sendiri. Anda bisa meniru hal-hal positif dari ibu mertua dan menerapkannya sesuai kepribadian sendiri.

Semoga bermanfaat.