Berada satu rumah bersama ibu mertua memang membutuhkan energi dan strategi sendiri. Selain toleransi, juga diperlukan kemampuan menempatkan diri yang tepat. Masalah-masalah kecil seringkali bisa menjadi besar buat pasangan yang serumah dengan mertua, terutama buat si isteri.
Dalam banyak kasus, ibu mertua biasanya banyak merasa terusik dengan cara menantu mengurus 'anak'nya dan kontribusi menantu dalam rumah tangga yang bisa saja dianggap kurang atau malah terlalu berlebihan. Cara dalam melayani suami, bisa saja tidak disukai mertua, karena ibu mertua biasa mengurus anaknya. Ketika anaknya mempunyai isteri dan satu rumah dengan ibu mertua, cara isteri mengurus atau melayani suami akan diperhatikan oleh ibu mertua. Ketika dirasa ada yang tidak 'pas' dengan cara yang biasa dilakukan untuk anaknya, tentu ibu mertua tidak sungkan untuk mengkritik.
Mengenai sikap, sebagai isteri yang dibesarkan dalam keluarga yang berbeda, tentu berbeda pula dengan nilai-nilai yang tertanam dalam keluarga mertua. Oleh karenanya ketika masuk dalam keluarga suami, isteri harus menyesuaikan diri. Ketika masa dua tahun terlewati dan belum juga 'pas' boleh jadi toleransi menjadi berkurang sehingga membuat ibu mertua kurang berkenan.
Mengenai kontribusi atau bantuan, kontribusi ini bisa berupa uang, barang, tenaga, dan lain-lain. Kalau kontribusi isteri (menantu) dianggap kurang, hal tersebut bisa menjengkelkan ibu mertua. Sebaliknya terlalu aktifpun juga bisa membuat ibu mertua menjadi tidak nyaman.
Jika anda mengalami hal tersebut, janganlah putus asa. Ada banyak cara untuk mengatasi hal tersebut. Bila segala sesuatunya sudah menjadi tidak nyaman, ada baiknya anda bertanya kepada suami, bagaimana melakukan pendekatan terhadap ibunya. Ajak ibu mertua bicara dari hati ke hati, dan sampaikan secara jujur bahwa anda membutuhkan masukan agar bisa lebih tepat dalam bersikap. Tanyakan saja apa sikap anda yang kurang berkenan baginya agar bisa diperbaiki. Tidak perlu menunjukkan sikap permusuhan karena bagaimanapun itu adalah rumahnya dan sebagai pendatang, tentu diperlukan kebesaran hati untuk bisa menyesuaikan diri. Apapun yang terjadi, seharusnya suami akan 'membela' atau mendukung anda. Dengan begitu diharapkan ibu mertua juga menjadi bisa lebih 'menerima' bahwa anda bagian dari anaknya.
Terakhir, permasalahan menantu perempuan yang hidup di rumah ibu mertua dapat diilustrasikan sebagai berikut. Burung, bila diperhatikan secara alamiah yang punya sarang adalah kaum betina, karena betina yang membangun sarang. Setelah sarangnya jadi, dia akan bertelur di dalam sarang tersebut, kemudian mendiaminya sambil menjaga dan memberi makan hingga anaknya bisa terbang dan meninggalkan sarang. Ilusterasi tersebut juga berlaku bagi perempuan, dimana yang dianggap sebagai sarang adalah rumahnya. Menantu (isteri) tinggal di 'sarang' ibu mertua. Sementara anda sendiri sedang membina rumah tangga, secara alamiah juga sudah mulai ingin membangun 'sarang' sendiri. Permasalahan yang muncul adalah sarang yang akan anda bangun berada di dalam sarang orang lain.
Semoga bermanfaat.
Semoga bermanfaat.