Permasalahan Pada Saat Kehamilan Dan Setelah Persalinan

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Kehamilan dan saat persalinan suatu peristiwa yang sangat ditunggu-tunggu oleh pasangan suami isteri. Namun begitu, apabila ibu hamil tidak menjaga kehamilannya dengan baik, bisa memunculkan berbagai permasalahan baik saat kehamilan, menjelang persalinan, hingga saat bayi telah dilahirkan.

gambar : hamil.co.id
Beberapa permasalahan yang mungkin bisa terjadi saat dan menjelang persalinan serta saat bayi telah dilahirkan tersebut di antaranya adalah :

1. Pecah Ketuban dan Solusinya.
Pecah ketuban bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Kejadian ini biasanya menandakan waktunya kelahiran, sehingga perlu berbagai tindakan penting yang harus segera dilakukan. Pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan terjadi pada usia kehamilan cukup bulan atau kurang bulan. Ketuban pecah dini kurang bulan terjadi pada usia kehamilan 37 minggu. Sedangkan pecah ketuban dini cukup bulan terjadi sebelum persalinan, dengan frekuensi memanjang hingga 12 jam sebelum persalinan. Ada banyak faktor yang menyebabkan ketuban pecah dini, yaitu :
  • Melemahnya kekuatan membran ketuban.
  • Meningkatnya tekanan terhadap rahin. Hal ini bisa terjadi karena trauma akibat kehamilan kembar, makrosomia (bayi berukuran besar), dan hidramnion (jumlah cairan ketuban lebih dari 2.000 ml).
  • Adanya infeksi pada leher rahim (bacterial vaginosis).
  • Inkompetensi serviks, yaitu kelainan otot rahim dan leher rahim yang terlalu lunak (lemah) sehingga sedikit membuka di tengah kehamilan.
  •  Kelainan letak janin dan rahim.
  • Penyempitan panggul.
  • Infeksi selaput ketuban (Khorioamniositis), karena penyebaran kuman ke rahim.
  • Faktor keturunan (ion cu serum rendah, vitamin C rendah, dan kelainan genetis)
  • Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya.
  • Leher rahim pendek, kurang dari 25 mm, pada usia kehilan 23 minggu.

Yang mesti dilakukan atau langkah-langkah penanganan saat ketuban pecah  :
  • Catat waktu ketuban pecah. Ketuban pecah bukan berarti langsung melahirkan, namun sekitar 80 % persalinan baru terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah.
  • Perhatikan jumlahnya, apakah langsung mengalir atau hanya rembesan. Aliran ketuban biasanya diawali dengan semacam ledakan internal, lalu cairan mengalir. Cairan akan lebih banyak keluar saat kontraksi. Sementara rembesan ketuban seperti mengompol. 
  • Perhatikan warna cairannya, apakah berwarna bening, berdarah atau kehijauan. Warna ketuban kehijauan menandakan bayi stres, sehingga perlu dievaluasi.
  • Segera ke rumah sakit. Beritahukan kepada dokter mengenai kondisi ketuban tersebut. Informasi tersebut akan menentukan tindakan apa yang harus dilakukan selanjutnya.

2. Bilirubin (Warna Kuning) pada Bayi.
Kuning pada dasarnya dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir sebagai suatu proses alami. Pemecahan sel darah merah yang sudah tidak diperlukan lagi menghasilkan zat bilirubin yang pada kadar tertentu dapat mengubah warna kulit menjadi kuning. Jadi mekanisme dasar terjadinya kuning sebenarnya dialami oleh semua bayi. Pada saat dalam kandungan, bayi memiliki sel darah merah dalam jumlah yang sangat banyak karena ia harus 'berebut' oksigen dengan ibunya. Setelah lahir, bayi dapat bernafas sendiri sehingga sebagian sel darah merah tidak lagi diperlukan. 

Bila bayi lahir sehat dan mendapat ASI eksklusif, umumnya bayi mampu mengeluarkan bilirubin dengan baik sehingga kadarnya tidak terlalu tinggi. Tetapi pada kondisi tertentu kemampuan bayi untuk mengeluarkan bilirubin tidak sebanding dengan bilirubin yang dihasilkan. Kondisi tersebut terjadi antara lain karena :
  • Kelahiran prematur.
  • Ada gangguan pernafasan saat lahir.
  • Sakit berat.
  • Pendarahan pada saat proses persalinan.
  • Ketidaksesuaian golongan darah ibu dengan golongan darah bayi.
  • Kelainan dinding sel darah merah.
  • dan lain sebagainya.

Bilirubin dapat diatasi dengan proses penyinaran (fototerapi) atau transfusi tukar darah, hal tersebut dilakukan tergantung pada kondisi bayi dan pada usia berapa kadar bilirubin tersebut dicapai. Dokter umumnya akan melihat grafik pedoman fototerapi dan grafik pedoman transfusi tukar darah. Saat terapi sinar dilakukan, umumnya mata bayi akan dilindungi dan bayi akan memerlukan ASI lebih dari biasanya. Sejauh ini belum pernah dilaporkan adanya gangguan perkembangan akibat fototerapi. Kadar bilirubin yang begitu tinggi pada awal-awal kehidupan, terlebih pada bayi yang tidak sehat, dapat mengakibatkan gangguan perkembangan. Oleh karena itu, pada kondisi yang demikian, fototerapi atau transfusi tukar darah perlu dilakukan.

3. Pendarahan pada Tali Pusar (Funiculus Umbilicalis) Bayi.
Bagi sebagian ibu muda, apalagi yang baru saja melahirkan, tentu belum banyak pengalaman dalam menangani si buah hatinya. Terutama dalam hal perawatan. Mereka akan kebingungan jika pada suatu saat terdapat masalah yang menyangkut bayinya. Kalau masalah tersebut cuma sebatas demam, influenza atau rewel, barangkali sudah biasa dan mudah penanganannya. Tapi bila si kecil mengalami pendarahan ringan  pada tali pusar (funiculus umbilicalis), padahal bayi tersebut belum putus tali pusarnya, tentun si ibu akan cemas, kuatir atau bahkan ketakutan. Kalau mengalami kondisi seperti ini hendaknya jangan terlalu panik, tegang atau bingung. Karena semua itu tidak akan menyelesaikan masalah. Ada tindakan-tindakan tertentu yang harus dilakukan ketika si ibu mengalami hal tersebut, dengan catatan pendarahan tersebut sifatnya ringan, yaitu darah yang keluar tak lebih selebar koin uang.

Pertama-tama yang harus dilakukan si ibu terhadap bayinya adalah, pelajari gejala-gejalanya terlebih dahulu, yaitu perhatikan apakah ikatan tali pusar lepas atau klem pada tali pusar lepas tapi masih menempel pada tali pusar. Jika ternyata lepas maka segera lakukan  sterilisasi dan rawat luka-luka di bekas pusar dengan obat yang tersedia (biasanya betadine) agar tidak terjadi infeksi. Atau lakukan penekanan secara halus maka darah akan berhenti dengan sendirinya. Apabila terjadi pendarahan pada tali pusar bayi, usahakanlah tetap menjaga agar tali pusar tetap kering setiap saat, salah satu caranya dengan mengenakan popok di bawah tali pusar. Biarkan tali pusar terbuka, tidak tertutup pakaian bayi sesering mungkin. Bersihkan area disekitar tali pusar, terutama sekitar pendarahan dengan menggunakan kapas atau cotton bud dan cairan alkohol 70 %yang dapat dibeli di apotek. 

Angkat pelan-pelan tali pusar dan bersihkan tepat pada area bertemunya pangkal tali pusar dan tubuh. Tidak perlu takut hal ini akan menyakiti si bayi. Usahakan menggunakan alkohol yang tidak menyengat, karena bayi akan menangis karena alkohol terasa dingin. Tindakan membersihkan tali pusar dengan alkohol untuk mencegah terjadinya infeksi, juga untuk mempercepat pengeringan dan pelepasan tali pusar. Hindari benda-benda basah atau air, termasuk juga penggunaan bedak atau lotion, sampai pendarahan betul-betul berhenti. Biasanya dalam jangka waktu 1 - 2 minggu tali pusar akan terlepas, yang perlu diingat jangan sekali-kali menarik tali pusar, walaupun sudah terlepas setengah bagian.

Ingat juga bahwa pendarahan memang lazim terjadi pada bayi, tapi jika pendarahan keluar terlalu banyak menandakan ada yang tidak beres. Jika hal ini terjadi (meskipun sudah dilakukan tindakan seperti diatas), tapi justru darah yang keluar semakin banyak, maka jangan sekali-kali melakukan tindakan apapun, melainkan segera bawa bayi ke dokter/rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut. Karena jika sudah melewati kondisi ini hanya tenaga medis sajalah yang tahu apa yang harus dilakukan. Karena kejadian ini memungkinkan terjadi robekan umbilikus, robekan pembuluh darah, maupun anemia pada bayi baru lahir akibat kelainan plasenta.

Demikian penjelasan berkaitan dengan permasalahan pada saat kehamilan dan setelah persalinan.

Semoga bermanfaat.