1. Penyakit Kaki Gajah (Filariasis).
Penyakit kaki gajah atau filariasis atau dikenal juga dengan sebutan elephantiasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria limfatik yang ditularkan oleh berbagai nyamuk. Penyakit kaki gajah ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1889 oleh Haga dan Van Eeke sebagai kasus elephantiasis skrotum. Sementara itu, filariasis yang disebabkan oleh cacing parasit lain telah ditemukan sejak tahun 1770. Pada saat itu seseorang bernama Mongin menemukan Loa loa dari seorang wanita negro di Santo Domingo, Hindia Barat.
Penyakit kaki gajah atau filariasis atau dikenal juga dengan sebutan elephantiasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria limfatik yang ditularkan oleh berbagai nyamuk. Penyakit kaki gajah ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1889 oleh Haga dan Van Eeke sebagai kasus elephantiasis skrotum. Sementara itu, filariasis yang disebabkan oleh cacing parasit lain telah ditemukan sejak tahun 1770. Pada saat itu seseorang bernama Mongin menemukan Loa loa dari seorang wanita negro di Santo Domingo, Hindia Barat.
Menurut pernyataan Laurence pada tahun 1989, filariasis telah ditemukan dan telah meluas di Polynesia utara dan selatan, sebuah area yang pertama kali dieksplorasi pada abad 17 dan 18. Mereka telah bermigrasi ke Pasifik
dari Asia Tenggara dengan membawa cacing W. bancrofti dan W. Kalimantani
yang ditemukan pada kera daun, kemudian mereka menyebar dari Tahiti dan Kepulauan Pasifik Timur. Orang-orang polynesia ini dipercaya telah berada di Tonga Samoa sejak 2 millenium sebelum masehi. Menurut WHO, urutan tertinggi negara yang terjangkit penyakit filariasis ini adalah Asia Selatan (India dan Bangladesh), Afrika, Pasifik, dan Amerika. Penyakit filariasis juga terjadi di Asia Tenggara, seperti di Thailand dan Indonesia. Di Indonesia, penyakit ini tersebar luas hampir di seluruh propinsi. Bahkan menurut Ketua Komite Ahli Pengobatan Filariasis Indonesia (KAPFI), sebanyak 316 kabupaten/kota tercatat masih masuk daerah endemis filariasis. Diperkirakan 125 juta penduduk Indonesia sangat beresiko tertular filariasis.
2. Penyakit Chikungunya.
Chikungunya disebabkan oleh nyamuk aides albopictus yang membawa virus cikungunya. Nyamuk ini menggigit manusia sehingga manusia mengalami panas yang tinggi dan terkadang disertai rasa nyeri yang sangat pada persendian sehingga bisa mengakibatkan kelumpuhan.
Gejala penyakit chikungunya ini lebih berat dari demam berdarah karena adanya kelumpuhan sementara yang menyertainya. Tetapi penyakit ini termasuk self limited disease yaitu penyakit yang dapat sembuh sendiri. Penyakit chikungunya juga jarang menimbulkan efek yang berat seperti demam berdarah, tetapi terkadang gejala nyeri sendi yang ada masih bisa dirasakan dalam jangka waktu satu bulan bila pengobatan yang diberikan kurang efektif.
3. Demam Kuning.
Demam kuning adalah penyakit yang disebabkan oleh inveksi virus Flavivirus dari keluarga Flavivirideae. Virus ini ditularkan oleh gigitan nyamuk, diantaranya nyamuk demam kuning. Aedes aegypti, dan species lainnya, yang ditemukan di daerah tropis dan subtropis di Amerika Selatan dan Afrika sampai Eropa. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa penyakit ini telah menyebabkan sekitar 30.000 jiwa melayang setiap tahunnya.
Demam kuning adalah penyakit yang disebabkan oleh inveksi virus Flavivirus dari keluarga Flavivirideae. Virus ini ditularkan oleh gigitan nyamuk, diantaranya nyamuk demam kuning. Aedes aegypti, dan species lainnya, yang ditemukan di daerah tropis dan subtropis di Amerika Selatan dan Afrika sampai Eropa. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa penyakit ini telah menyebabkan sekitar 30.000 jiwa melayang setiap tahunnya.
Sejak 400-an tahun yang lalu, Demam Kuning telah menjadi wabah besar di wilayah Afrika dan Amerika. Penyakit ini diyakini berasal dari Afrika, yang kemudian menyebar ke Amerika Selatan melalui perdagangan budak pada abad ke-16. Sejak abad ke-17, beberapa epidemi besar penyakit ini tercatat muncul di Amerika, Afrika, dan Eropa. Selama tahun 1800, lebih dari setengah tentara Perancis dalam Revolusi Haiti meninggal dunia akibat wabah Demam Kuning. Pada abad ke-19, Demam Kuning dianggap sebagai salah satu penyakit menular yang paling berbahaya. Pada abad ke-19 juga, Spanyol juga memiliki epidemi utama Demam Kuning.
Pada tahun 1908, Pemerintah Australia mengeluarkan aturan yang tertuang dalam Undang-Undang Karantina Australia, yang mengatakan bahwa siapapun yang berusia lebih dari satu tahun harus mempunyai sertifikat vaksinasi Demam Kuning. Aturan ini diberlakukan untuk siapa saja yang telah tinggal atau menginap satu malam atau lebih di negara yang terinfeksi Demam Kuning, dalam waktu enam hari sebelum kedatangannya ke Australia. Vaksinasi harus dilakukan di pusat vaksinasi yang disetujui dan harus diberikan sertipikat vaksinasi Demam Kuning. Wabah Demam Kuning juga pernah melanda wilayah Philadelphia, Pennsylvania pada tahun 1793. Penyakit ini menewaskan hampir 10.000 penduduk Philadelpia. Lebih lanjut disebutkan, bahwa Demam Kuning juga muncul di kota-kota di benua Amerika lainnya, dengan pengecualian hanya ditemukan beberapa kasus di Trinidad pada tahun 1954.
Sedangkan Demam Kuning yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti hanya dilaporkan terjadi di Nigeria dengan ditemukannya sekitar 20.000 penderita, dan 4.000 kematian pada tahun 1986 hingga 1991. Tidak ada bukti bahwa Demam Kuning pernah terjadi di Asia atau daerah pantai timur Afrika. Namun Demam Kuning sylvatic pernah dilaporkan terjadi di daerah Kenya bagian barat pada tahun 1993 - 1993.
Orang sering mengira demam dengue dan demam berdarah dengue sama saja. Padahal tidak. Virusnya memang sama, yaitu dengue. Virus tersebut dibawa oleh nyamuk Aedes Aegipty. Tapi jenis penyakit ini terbagi dua, yaitu :
- Demam dengue (DD)
- Demam berdarah dengue (DBD)
Perbedaan paling jelas dapat dilihat dari gejalanya. Berikut ini beberapa perbedaan demam dengue dan deman berdarah dengue :
a. Demam Dengue.
Gejala demam dengue biasanya muncul pada hari ke-4 sampai 7 setelah gigitan aedes aegyti. Gejalanya hilang timbul dan menyakitkan, seperti :
- Demam tinggi mendadak dan terus menerus.
- Sakit kepala hebat, terutama di bagian dahi.
- Nyeri di sekitar bola mata dan sendi-sendi tubuh.
- Mual dan muntah.
- Wajah kemerahan.
b. Demam Berdarah Dengue.
Gejala demam berdarah dengue hampir serupa dengan demam dengue, namun ditambah dengan :
- Sakit dan nyeri terus menerus di ulu hati.
- Pendarahan di hidung, mulut, gusi, dan memar pada kulit.
- Muntah terus menerus yang disertai darah.
- Tinja berwarna hitam.
- Haus yang berlebihan dan bibir terlihat kering.
- Kulit berubah pucat.
- Kadang disertai kantuk bahkan hilang kesadaran.
Belum ada pengobatan spesifik untuk mengatasi kedua gejala penyakit ini. Namun penanganan dini dan tepat dapat meredakan gejala demam dengue atau demam berdarah dengue. Segera bawa ke rumah sakit atau dokter bila anda menemukan gejala ini. Dokter akan segera melakukan transfusi darah dan trombosit untuk mencegah komplikasi atau bahkan kematian. Menjaga agar lingkungan tetap bersih dan mengurangi genangan air sedikit mungkin dapat menghindarkan kita dari penyakit demam dengue ataupun demam berdarah dengue.
5. Vaksin Demam Dengue.
5. Vaksin Demam Dengue.
Vaksin untuk mencegah demam dengue akhirnya mulai dipakai resmi di dunia. Meksiko menjadi menjadi negara pertama yang menggunakan vaksin ini secara luas bagi penduduknya di daerah endemik demam dengue. Organisasi kesehatan dunia (WHO) dalam laporan yang dipublikasikan di akhir 2014 menyebutkan, efektifitas vaksin, yang belum diberi nama tersebut, sekitar 60,8 % untuk mencegah empat jenis virus dengue. Tetapi tidak disebutkan berapa lama vaksin tersebut bisa melindungi seseorang dari penyakit dengue.
Jenis demam berdarah yang berat ini biasanya dialami oleh orang yang pernah terinfeksi satu jenis strain virus dengue namun terinfeksi lagi dari jenis strain lainnya. Vaksin ini berpotensi besar memberikan dampak signifikan pada kesehatan masyarakat.
Demikian penjelasan berkaitan dengan penyakit yang diakibatkan oleh gigitan nyamuk.
Semoga bermanfaat.