Pengertian Halusinasi, Jenis, Tahapan, Faktor Penyebab, Dan Cara Mengatasi Halusinasi

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Pengertian Halusinasi. Halusinasi merupakan sensasi yang diciptakan oleh pikiran seseorang tanpa adanya sumber yang nyata. Ganggan ini dapat mempengaruhi kelima panca indera. Seseorang disebut berhalusinasi apabila ia melihat, mendengar, merasa, atau mencium suatu aroma yang sebenarnya tidak ada. Hal-hal tersebut hanya ada dalam pikiran mereka.

Secara umum, halusinasi dapat diartikan sebagai gangguan persepsi atau proses penyerapan dalam kondisi sadar tanpa adanya stimulus nyata terhadap indera. Halusinasi juga dapat berarti :
  • gangguan persepsi yang membuat seseorang mendengar, merasa, mencium aroma, dan melihat sesuatu yang kenyataannya tidak ada.
  • suatu keadaan dari seseorang yang dapat melihat, serta merasakan sesuatu hal yang sebenarnya tidaklah ada.
  • suatu persepsi yang salah diterima dengan panca indera yang berasal dari stimulus eksternal yang pada umumnya tidak dapat diinterpresentasikan ke dalam suatu pengalaman.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, halusinasi diartikan sebagai pengalaman indera tanpa adanya stimulus pada alat indera yang bersangkutan.

Pengertian Halusinasi Menurut Pendapat Para Ahli. Selan pengertian tersebut, beberapa ahli juga telah mengemukakan pendapatnya tentang apa yang dimaksud dengan halusinasi, beberapa diantaranya adalah :
  • Townsend, berpendapat bahwa halusinasi adalah salah persepsi indrawi yang tidak berhubungan stimulus eksternal yang nyata, mungkin melibatkan salah satu dari lima indera.
  • Stuart dan Sundenn, berpendapat bahwa halusinasi adalah gangguan penyerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya stimulus dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi pada saat individu sadar dengan baik.

Jenis Halusinasi. Menurut W.F. Maramis, halusinasi dapat dibedakan menjadi 6 jenis, yaitu :
  • halusinasi penglihatan (visual, optik), yaitu perasaan melihat sesuatu obyek tetapi pada kenyataannya tidak ada.
  • halusinasi pendengaran (auditif, akustik), yaitu perasaan mendengar suara-suara, seperti suara manusia, hewan, masin, barang, musik, dan lain sebagainya tetapi tidak ada.
  • halusinasi penciuman (olfaktorik), yaitu perasaan mencium sesuatu bau atau aroma tetapi tidak ada. 
  • halusinasi pengecapan (gustatorik), yaitu kondisi merasakan sesuatu rasa tetapi tidak ada dalam mulut, seperti rasa logam.
  • halusinasi peraba (taktil), yaitu kondisi merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari, atau seperti ada ulat bergerak di bawah kulit.
  • halusinasi kinestetik, yaitu kondisi merasa badan bergerak dalam sebuah ruang, atau anggota badan bergerak. 
Gangguan halusinasi merupakan kondisi medis serius yang perlu segera mendapat pemeriksaan dan penanganan psikiater. Selain itu, penderita halusinasi juga tidak disarankan tinggal atau bepergian sendiri.

Tahapan Halusinasi. Halusinasi dapat dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu :

1. Sleep Disorder.
Sleep disorder halusinasi tahap awal seseorang sebelum muncul halusinasi. 
  • karakteristik. Seorang penderita halusinasi merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah.
  • perilaku. Seorang penderita halusinasi mengalami susah tidur dan berlangsung terus menerus sehingga terbiasa mengkhayal dan menganggap mengkhayal awal sebagai pemecahan masalah.
2. Comforthing.
Comforthing adalah halusinasi tahap menyenangkan : cemas sedang.
  • karakteristik. Seorang penderita halusinasi mengalami perasaan yang mendalam, seperti cemas, kesepian, rasa bersalah, takut, dan mencoba untuk berfkus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan cemas.
  • perilaku. Seorang penderita halusinasi terkadang tersenyum atau tertawa sendiri, menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat, diam dan berkonsentrasi.
3. Condemning.
Condemning adalah tahap halusinasi menjadi menjijikkan : cemas berat.
  • karakteristik. Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Penderita halusinasi mulai lepas kendali dan mungkin mencoba mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Penderita halusinasi mungkin merasa dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain. 
  • perilaku. Ditandai dengan meningkatnya tanda-tanda sistem syaraf otonom akibat ansietas otonom seperti peningkatan denyut jantungm pernafasan, dan tekanan darah. Rentang perhatian dengan lingkungan berkurang dan terkadang asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita.
4. Controling
Controling adalah tahap pengalaman halusinasi yang berkuasa : cemas berat.
  • karakteristik. Seorang penderita halusinasi berhenti memberikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerahkan pada halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik, penderita halusinasi mungkin mengalami pengalaman kesepian apabila sensori halusinasi berhenti.
  • perilaku. Seorang penderita halusinasi taat pada perintah halusinasi, sulit berhubungan dengan orang lain, respon perhatian terhadap lingkungan berkurang, ketidakmampuan mengikuti perintah dari perawat, tremor dan berkeringat.
5. Conquering.
Conquering adalah tahan halusinasi panik : umumnya menjadi melebur dalam halusinasi.
  • karakteristik. Pengalaman sensori menjadi mengancam apabila penderita halusinasi mengikuti perintah halusinasi. Halusinasi berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi terapeutik.
  • prilaku. Penderita halusinasi panik, resiko tinggi mencederai, bunuh diri atau membunuh. Tindak kekerasan agitasi, menarik atau katatonik, ketidakmampuan merespon terhadap lingkungan.

Faktor Penyebab Terjadinya Halusinasi. Halusinasi dapat terjadi karena adanya beberapa faktor penyebab. Pada umumnya, penyebab dari halusinasi adalah gangguan mental. Secara lebih terperinci beberapa faktor penyebab halusinasi diantaranya adalah :
  • gangguan jiwa, seperti skizofrenia, demensia, dan depresi berat dnegan gejala psikosis. Psikosis adalah kumpulan gejala gangguan mental di mana seseorang merasa terpisah dari kenyataan yang sebenarnya, yang ditandai dengan gangguan emosional dan pikiran. Penderita psikosis akan sulit membedakan hal yang nyata dan tidak.
  • sakit dengan panas tinggi sehingga mengganggu keseimbangan tubuh.
  • penggunaan obat-obatan terlarang tertentu.
  • trauma yang berlebihan.
  • gangguan syaraf otak, seperti penyakit parkinson. migran dengan aura, delirium, stroke, epilepsi, dan penyakit Alzheimer.
  • gangguan elektrolit, misal rendahnya kadar natrium darah (hiponatremia) dan rendahnya kadar magnesium darah (hipomagenesemia).

Cara Mengatasi Halusinasi. Halusinasi merusakan kondisi yang dapat dikendalikan, meskipun tidak ada jaminan untuk dapat sembuh sepenuhnya. Pada prinsipnya, cara mengatasi halusinasi tergantung dari faktor penyebab halusinasi. Untuk mengatasi halusinasi, seorang dokter atau psikiater akan merekomendasikan perawatan yang paling efektif. Beberapa perawatan untuk mengatasi halusinasi diantaranya adalah :
  • pemberian obat-obatan. Pengobatan akan diberikan berdasarkan penyebab halusinasi. 
  • konseling psikologis. Konseling berperan penting dalam mengatasi halusinasi, khususnya apabila halusinasi disebabkan oleh kondisi kesehatan mental.

Jadi pada prinsipnya, orang yang mengalami halusinasi dapat ditangani dengan pemberian obat-obatan yang berfungsi untuk memperlambat kerja otak sesuai dengan faktor yang menyebabkannya untuk mengurangi keparahan halusinasi. Juga diperlukan konseling kejiwaan, sehingga orang yang mengalami halusinasi dapat mengerti lebih baik dengan kondisi yang dialaminya.

Halusinasi dapat terjadi di semua panca indera manusia, seperti peraba, penglihatan, penciuman, dan yang lain. Halusinasi dapat sangat invasive, dapat sering muncul, dan dapat juga menyerang hampir seluruh fungsi indera normal, atau dapat juga terjadi di dalam situasi dengan sedikit stimulus yang ada di fungsi indera manusia.

Semoga bermanfaat.