Pengertian Atribusi Dalam Psikologi Sosial

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Dalam psikologi sosial, istilah atribusi pada umumnya dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengetahui penyebab-penyebab yang melatar-belakangi perilaku orang lain dan untuk selanjutnya mengerti tentang sifat-sifat dari orang tersebut. Atribusi dapat juga diartikan sebagai upaya untuk memahami penyebab dibalik perilaku seseorang, dalam beberapa kasus juga penyebab perilaku kita sendiri. Menurut Myers, kecenderungan seseorang memberi atribusi kepada orang lain disebabkan oleh adanya kecenderungan manusia untuk menjelaskan segala sesuatu, termasuk apa yang ada dibalik perilaku orang lain.

Pengertian Atribusi Menurut Para Ahli. Beberapa ahli psikologi sosial mengemukakan pendapatnya tentang apa yang dimaksud dengan atribusi, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Fattah Hanurawan.
Atribusi adalah suatu proses yang menggambarkan cara individu menjelaskan, menginterpretasikan, dan mengambil kesimpulan terhadap peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan dirinya maupun peristiwa-peristiwa  yang berhubungan dengan orang lain. 

2. Robert A. Baron dan Donn Byrne.
Atribusi adalah proses penyimpulan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilakunya yang tampak.

3. Harold Kelley.
Atribusi adalah proses mempersepsikan sifat-sifat disposisional (yang sudah ada) pada entities (satuan-satuan) di dalam suatu lingkungan.

4. Edward E. Jones.
Atribusi adalah suatu penilaian yang diberikan oleh seseorang ketika ia mengamati perilaku orang lain. Inferensi yang dibuat pada umumnya terkait dengan disposisi orang yang lebih stabil, seperti sifat, sikap, dan nilai.

5. Fritz Heider.
Fritz Heider, seorang ahli psikologi berkewarga-negaraan Jerman merupakan orang pertama yang mengenalkan teori atribusi. Menurut Fritz Heider,  atribusi terbagi dalam dua pengertian, yaitu :
a. Atribusi Sebagai Proses Persepsi
Dalam pengertian ini atribusi dipandang sebagai inti dari proses persepsi manusia. Manusia terikat dalam proses psikologis yang menghubungkan pengalaman subyektif mereka dengan berbagai obyek yang ada, yang kemudian direkonstruksi secara kognitif agar menjadi sumber-sumber akibat dari pengalaman perseptual. Dan sebaliknya, ketika orang mencoba untuk membayangkan sebuah obyek, maka ia akan menghubungkan pengalaman tersebut ke dalam alam pikiran mereka.
b. Atribusi Sebagai Penilaian Kausalitas (Sebab Akibat)
Atribusi sebagai proses kausalitas menekankan pada penyebab orang berperilaku tertentu, yang muncul sebagai akibat dari adanya kognisi sosial, yaitu proses di mana orang merasakan dan membuat penilaian tentang orang lain.  Atribusi sebagai penilaian kausalitas ini terbagi dalam dua pengertian yaitu : 
  • atribusi personal, maksudnya adalah suatu penyebab dari dalam personal atau pribadi yang merujuk pada kepercayaan, hasrat, dan intensi yang mengarahkan pada perilaku manusia yang mempunyai tujuan. 
  • atribusi impersonal, maksudnya adalah suatu penyebab dari luar personal atau pribadi yang bersangkutan yang merujuk pada kekuatan yang tidak melibatkan intensi atau tujuan.

Kesalahan Atribusi. Dalam pemberian atribusi dapat dimungkinkan terjadi kesalahan. Kesalahan dalam pemberian atribusi tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, yang oleh Robert A. Baron dan Donn Byrne dirumuskan sebagai berikut :
  • Kesalahan atribusi yang mendasar adalah kecenderungan untuk selalu memberi atribusi internal pada orang lain.
  • Efek dari pelaku atau pengamat. Dari sisi pelaku : adanya kecenderungan untuk menyalahkan orang lain atas sesuatu hal buruk yang menimpa dirinya. Sedangkan dari sisi pengamat : adanya perbedaan perspektif dan perbedaan informasi tentang suatu kejadian dan partisipan. Atau dengan kata lain, kesalahan ini adalah kecenderungan mengatribusi perilaku kita yang disebabkan oleh faktor eksternal, sedangkan perilaku orang lain disebabkan oleh faktor internal.
  • Pengutamaan diri sendiri. Setiap orang cenderung untuk membenarkan dirinya sendiri dan menyalahkan orang lain.

Atribusi merupakan hal yang penting dalam komunikasi, hal ini dikarenakan manusia membutuhkan atribusi untuk membuat penjelasan mengapa seseorang berperilaku seperti  itu dan mengapa hal tersebut terjadi. Atribusi juga dapat menggambarkan adanya hubungan antara keadaan psikologi dan tingkah laku dari seseorang.

Semoga bermanfaat.