Sultan Mahmud Badaruddin II

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Sultan Mahmud Badaruddin II adalah putra  dari Sultan Mahmud Badaudin. Beliau lahir di Palembang, pada tahun 1767. Sultan Mahmud Badaruddin II diangkat menjadi Sultan di Kesultanan Palembang menggantikan ayah, Sultan Mahmud Badaudin. Beliau berkuasa dari tahun 1803 - 1819 Masehi. Selain sebagai sultan, Sultan Mahmud Badaruddin II juga merupakan seorang panglima perang yang sangat disegani. Kebijakannya dalam memimpin Kesultanan Palembang adalah tidak ada campur tangan pihak asing dalam urusan kesultanan yang dipimpinnya.

Pada masa pemerintahannya, Kesultanan Palembang mengalami dua kali peperangan dengan tentara asing, yaitu tentra Inggris dan tentara Kompeni Belanda.

Pada tahun 1811, Belanda menyerah tanpa syarat kepada Inggris di Tuntang, Jawa Tengah. Pemerintah Inggris menugaskan Gubernur Jenderal Thomas Stanford Raffles untuk mengambil alih wewenang atas Hindia Belanda, termasuk juga Kesultanan Palembang dari pemerintah Belanda, Atas perintah Gubernur Jenderal Thomas Stanford Raffles, Sultan Mahmud Badaruddin II diharapkan menyerahkan kongsi dagang Belanda di Palembang. Permintaan tersebut dengan tegas ditolak oleh Sultan Mahmud Badaruddin II.

Akibat dari penolakan tersebut, Gubernur Jenderal Thomas Stanford Raffles menjadi marah. Pada tanggal 20 Maret 1812, Pemerintah Inggris mengirimkan ekspedisi militer ke Kesultanan Palembang. Maka terjadilah perang sengit antara pasukan Inggris dengan pasukan Kesultanan Palembang, Sultan Mahmud Badaruddin II yang menyadari akan besarnya kekuatan tentara Inggris yang tidak mungkin dihadapi secara langsung, memerintahkan kepada pasukannya untuk melakukan perang gerilya. Taktik perang gerilya yang dilakukan oleh Sultan Mahmud Badaruddin II berhasil membuat kuwalahan dan menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi pasukan Inggris. Hal ini membuat pemerintah Inggris mengakui Kesultanan Palembang.


Pada tahun 1818 , berdasarkan Traktat London, Pemerintah Inggris harus menyerahkan kembali Hindia Belanda kepada Pemerintahan Belanda. Belanda kembali masuk ke Indonesia. Mereka mulai mengatur pemerintahan di beberapa wilayah Indonesia termasuk Palembang. 

Sultan Mahmud Badaruddin II menentang masuknya kembali Belanda ke Kesultanan Palembang. Akibatnya, Belanda mengirimkan pasukan tentaranya untuk melakukan tindakan militer di Kasultanan Palembang. Hal ini mendapatkan perlawanan dari pasukan Kesultanan Palembang. Terjadilah perang sengit antara pasukan Belanda dan pasukan Kesultanan Palembang. Setelah sekian lama berperang, pasukan Belanda tetap saja tidak dapat mengalahkan pasukan Kesultanan Palembang yang dipimpin langsung oleh Sultan Mahmud Badaruddin. Akhirnya, Belanda menarik pasukannya dari Kesultanan Palembang.

Atas kekalahan dalam perang tersebut, Belanda tidak tinggal diam. Karena menyadari tidak dapat mengalahkan Sultan Mahmud Badaruddin II dengan jalan perang, maka Belanda melakukan tipu muslihat, yaitu dengan mengajak Sultan Mahmud Badaruddin II berunding dengan Prabu Anom di atas kapal Belanda. Sultan Mahmud Badaruddin II menerima ajakan berunding tersebut. Karena tipu muslihat itu, beliau dapat ditangkap oleh Belanda.

Dengan tertangkapnya Sultan Mahmud Badaruddin II tersebut, perlawanan pasukan dan rakyat Kesultanan Palembang melemah. Pada tanggal 1 Juli 1821, Kesultanan Palembang jatuh ke tangan Belanda. Sultan Mahmud Badaruddin II kemudian dibawa ke Batavia, dan kemudian diasingkan ke Ternate. Beliau menjalani masa pengasingannya selama 31 tahun, sebelum wafat pada tanggal 26 Nopember 1852.

Atas jasa-jasanya dalam memerangi pendudukan Inggris dan Belanda tersebut, Pemerintah Republik Indonesia memberikan anugerah kepada Sultan Mahmud Badaruddin II berupa gelar sebagai Pahlawan Nasional, berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 063/TK/1984, tanggal 29 Oktober 1984. Selain itu, nama beliau juga diabadikan sebagai nama bandara udara di Palembang. Penghargaan yang lain, pada tahun 2012, Pemerintah Republik Indonesia melalui Bank Indonesia, mencetak foto belaiu di atas pecahan uang kertas sepuluh ribu rupiah.

Semoga bermanfaat.