Bila Si Perfeksionis Berpasangan Dengan Si Praktis

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Dalam kehidupan rumah tangga, konflik pasti sering terjadi. Apalagi jika suami dan isteri mempunyai dua karakter yang  sangat bertolak belakang. Yang satu perfeksionis, yang satunya lebih praktis. Sebenarnya perbedaan tersebut adalah hal yang wajar dan alamiah, karena tidak ada satu orangpun di dunia ini yang diciptakan sama. Pada dasarnya sebuah hubungan terjadi karena banyaknya persamaan dan kecocokan, akan tetapi bagaimanapun juga perbendaan karakter pastilah tetap ada. Jika perbedaan karakter tersebut tidak bisa dikelola dengan baik, perbedaan itu akan menjadi sumber konflik.

gambar : vemale.com
Saat si perfeksionis ketemu dengan si praktis, masalah akan cenderung mudah muncul. Hal ini disebabkan di antaranya karena si perfeksionis sering membuat keputusan dalam waktu yang lama dan bertele-tele, sehingga membuat pasangan merasa bosan. Sedangkan si praktis cenderung menggampangkan semuanya tanpa banyak pertimbangan, sehingga membuat pasangan merasa tidak diperhatikan.

Ada banyak hal yang memicu munculnya cara berpikir perfeksionis dan praktis pada diri seseorang, antara lain adalah :

  1. Kepribadian. Seorang perfeksioni, biasanya sifat perfeksionis muncul pada orang-orang yang memiliki banyak kekuatiran akan sesuatu. Akibatnya orang tersebut jadi memikirkan banyak hal sebelum bertindak. Biasanya seorang yang perfeksionis ingin selalu tampil sempurna dalam segala situasi. Orang perfeksionis cenderung serius, penuh perencanaan dan antisipasi, serta terkadang sangat tergantung pada pendapat orang lain. Sedangkan seorang praktis, biasanya sifat praktis muncul pada pribadi yang easy going. Orientasinya lebih pada hasil dan fungsi. Biasanya orang yang praktis mempunyai pikiran yang simpel. Orang yang praktis adalah orang yang independen atau tidak tergantung pada orang lain. 
  2. Minat. Seseorang cenderung akan bersikap lebih detail dan perfeksionis jika itu memang minatnya. Kaum perempuan akan lebih perfeksionis pada sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal atau yang menyangkut pekerjaan rumah tangga, penampilan, dan hubungan interpersonal dengan orang lain. Sedangkan kaum pria akan lebih peduli dan detail jika hal tersebut menyangkut pekerjaan, teknologi, olah raga, dan politik. 
  3. Lingkungan Sekitar. Hal ini menyangkutn siapa saja orang yang akan terlibat dalam keputusan atau pilihan yang harus diambil. Misalnya, urusan sekolah untuk anaknya, biasanya seseorang akan lebih perfeksionis.

Perbedaan karakter tersebut kemudian akan pecah menjadi konflik karena biasanya masing-masing pribadi hanya menggunakan sudut pandangnya. Salah satu langkah yang perlu dilakukan agar tidak terjadi konflik adalah kompromi. Dengan kompromi kita belajar memahami pasangan dan mereduksi keinginan pribadi. Dengan begitu, diharapkan pasangan kitapun juga akan melakukan hal yang sama, yaitu mencoba melihat dari sudut pandang kita dan mengurangi keinginannya. Jika sudah saling mengurangi keinginan, akan ditemukan titik tengan atau kesepakatan yang mewadahi kepentingan bersama.  Apabila dikelola dengan baik, perbedaan karakter tersebut justru akan menjadi kolaborasi yang hebat. Kekurangan isteri dapat diisi suami, begitu juga sebaliknya. Dengan saling melengkapi, rumah tangga pun semakin solid dan kuat.

Berikut cara menghadapai pasangan yang berkarakter :

1. Perfeksionis :
  • Mintalah dia membuat skala prioritas. Mana yang penting, mana yang agak penting, dan mana yang tidak penting.
  • Tetapkan batas waktu.
  • Hindari mengatakan terserah. Cobalah berkata jujur. Katakan baik, jika keputusan atau pilihan tersebut memang baik, begitu juga sebaliknya.
  • Bantulah pasangan anda memutuskan sesuatu dengan pertanyaan yang sifatnya praktis. Misalnya : kalau beli yang ini untuknya apa ? ruginya apa ? Pertanyaan seperti itu akan membantunya untuk mengalisa sesuai dengan skala prioritas yang sudah dia tetapkan sebelumnya.
  • Beri dukungan untuk keputusan atau pilihan yang diambil pasangan. Yakinkanlah bahwa keputusannya adalah keputusan yang baik.
2. Praktis :
  • Sebelum memilih sesuatu atau mengambil keputusan, pancinglah untuk menimbang atau berpikir dari sudut pandang yang lain. Misalnya, saat membeli sesuatu, berilah alternatif  untuk mencari barag yang sama di toko yang lain.
  • Ajak pasangan untuk keluar dari kepentingannya sendiri dan mulai merujuk ke orang lain. 

Semoga bermanfaat.