Berpikir, Unsur Dari Sistem Komunikasi Intrapersonal

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Berpikir adalah mengolah dan memanipulasikan informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respons. Berpikir merupakan hal yang mempengaruhi penafsiran kita terhadap stimuli. Saat berpikir kita melibatkan semua proses, mulai dari sensasi, persepsi, hingga memaori. 

gambar : kompasiana.com
Paul Mussen dan Mark R. Rosenzweg mengatakan, bahwa berpikir menunjukkan berbagai kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang, sebagai pengganti obyek dan peristiwa. Sedangkan menurut Floyd L. Ruch, berpikir merupakan manipulasi atau organisasi unsur-unsur lingkungan dengan menggunakan lambang-lambang sehingga tidak perlu langsung melakukan kegiatann yang nampak. Sementara Anita Taylor, mendefinisikan berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan.

Berpikir dilakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan (decision making), memecahkan persoalan (problem solving), dan menghasilkan yang baru (creativity). Memahami realitas berarti menarik kesimpulan, meneliti berbagai kemungkinan penjelasan dari realitas eksternal dan internal. 

Ada dua macam cara orang berpikir, yaitu :
  1. Berpikir autistik. Berpikir austistik lebih cebderung disebut melamun. Contoh berpikir cara ini adalah : berfantasi, menghayal, dan wishful thinking. Dengan berpikir austistik orang melarikan diri dari kenyataan, dan melihat hidup sebagai gambar-gambar fantastis.
  2. Berpikir realistik.Berpikir realistik disebut juga nalar adalah berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata. 
Floyd L. Ruch membagi cara berpikir realistik ini dalam tiga kategori, yaitu :
  • Berpikir deduktif, yaitu mengambil kesimpulan dari dua pernyataan, yang pertama merupakan pernyataan umum atau dalam logika disebut silogisme.
  • Berpikir induktif, yaitu sebaliknya dari cara berpikir deduktif. Dimulai dari hal-hal yang khusus dan mengambil kesimpulan yang umum. Dengan kata lain melakukan generalisasi.
  • Berpikir evaluatif, yaitu berpikir kritis, menilai baik buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan. Dalam berpikir evaluatif, kita tidak menambah atau mengurangi suatu gagasan. Kita menilainya berdasarkan kriteria tertentu.

Dalam perkembangannya, manusia lebih sering berpikir tidak logis daripada berpikir logis seperti berpikir deduktif. Berpikir tidak logis, ternyata lebih praktis, efisien, dan bermanfaat. Banyak ahli atau pejabat pemerintahan yang menetapkan keputusan berdasarkan proses yang irasional, atau yang biasa disebut berpikir analogis, dengan menggunakan perbandingan atau kontras. Berkaitan dengan penggunaan analogi ini, Robert J. Sternberg mengatakan bahwa kita berpikir secara analogis setiap kali kita menetapkan keputusan tentang sesuatu yang baru dalam pengalaman kita, dengan menghubungkannya pada sesuatu yang sama pada masa lalu. 

1. Menetapkan Keputusan (Decision Making).
Salah satu fungsi berpiikir adalah menetapkan keputusan. Keputusan yang diambil beraneka ragam, tanda-tanda umumnya adalah :
  • Keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelrktual.
  • Keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternatif.
  • Keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan.
Dalam menetapkan suatu keputusan dipengaruhi oleh faktor-faktor personal, antara lain kognisi, motif, dan sikap. Kognisi artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki. Motif amat mempengaruhi pengambilan keputusan. Sedangkan sikap juga merupakan faktor penentu lainnya. Dalam menetapkan suatu keputusan, kognisi, motif, dan sikap berlangsung bersamaan.

2. Memecahkan Persoalan (Problem Solving).
Proses pemecahan persoalan berlangsung melalui lima tahapan, yaitu :
  • Terjadi peristiwa ketika perilaku yang biasa dihambat karena sebab-sebab tertentu.
  • Mencoba menggali memori untuk mengetahui cara-cara apa saja yang efektif pada masa yang lalu.
  • Mencoba seluruh kemungkinan pemecahan masalah yang pernah diingat dan terpikirkan.
  • Menggunakan lambang-lambang verbal atau grafis untuk mengatasi masalah.
  • Menemukan atau terlintas dalam pikiran suatu pemecahan terhadap masalah tersebut atau disebut dengan Aha-Erlebnis (pengalaman Aha) atau insight solution.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pemecahan Masalah.
Pemecahan masalah dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional dan personal. Faktor situasional terjadi, misalnya pada stimulus yang menimbulkan maslah, pada sifat masalah yang meliputi sulit atau mudah, baru atau lama, penting atau kurang penting, melibatkan sedikit atau banyak masalah lain. Selain dari dua faktor tersebut, beberapa penilitian juga telah membuktikan pengaruh faktor-faktor biologis dan sosiopsikologis terhadap proses pemecahan masalah. Faktor biologis di antaranya : kurang tidur menyebabkan penurunan kemampuan berpikir, demikian juga kalau terlalu lelah, rasa lapar juga menyebabkan penurunan kemampuan berpikir, dan lain sebagainya.
Sedangkan faktor sosiopsikologis meliputi di antaranya :
  • Motivasi. Motivasi yang rendah mengalihkan perhatian, sebaliknya motivasi yang tinggi membatasi fleksibilitas.
  • Kepercayaan dan Sikap yang Salah. Asumsi yang salah dapat menyesatkan. Sifat materialisme akan membuat orang kesulitan ketika memecahkan penderitaan batin.
  • Kebiasaan. Kecenderungan untuk mempertahankan pola berpikir tertentu, atau melihat masalah dari satu sisi saja.
  • Emosi. Dengan tanpa sadar kita sering terlibat secara emosional ketika menghadapi berbagai situasi. Emosi seringkali mewarnai cara berpikir kita.

4. Berpikir Kreatif (Creative Thinking).
Berpikir kreatif harus memenuhi tiga persyaratan, yaitu :
  1. Kreativitas melibatkan respons atau gagasan yang baru, atau yang secara statistik sangat jarang terjadi.
  2. Kreativitas dapat memecahkan persoalan secara realistis.
  3. Kreativitas merupakan usaha untuk mempertahankan insight yang orisinil, menilai dan mengembangkannya sebaik mungkin.
Guilford membedakan antara berpikir kreatif dan tidak kreatif dengan konsep berpikir :
  • Konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban yang tepat pada pertanyaan yang diajukan. Berpikir konvergen sangat erat kaitannya dengan kecerdasan, divergen, dan kretivitas.
  • Divergen, diukur dengan fluency, flexibility, dan originality.
Proses berpikir kreatif  melalui lima tahap, yaitu :
  1. Orientasi. Masalah dirumuskan, dan aspek-aspek masalah diidentifikasikan.
  2. Preparasi. Pikiran berusaha mengumpilkan sebanyak mungkin informasi yang relevan dengan masalah.
  3. Inkubasi. Pikiran beristirahat sebentar, ketika pemecahan berhadapan dengan jalan buntu.
  4. Iluminasi. Masa inkubasi berakhir ketika pemikir memperoleh semacam ilham, serangkaian insight yang memecahkan masalah. Hal ini menimbulkan Aha Erlebnis.
  5. Verifikasi. Tahap terakhir untuk menguji dan secara kritis menilai pemecahan masalah yang diajukan pada tahap keempat.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berpikir Kreatif.
Beberapa faktor yang menandai berpikir kreatif adalah :
  1. Kemampuan kognitif. Termasuk di sini berdasarkan kecerdasan di atas rata-rata, kemampuan melahirkan gagasan-gagasan baru, gagasan yang berlainan, dan fleksibilitas kognitif.
  2. Sikap yang terbuka. Orang kreatif mempersiapkan dirinya menerima stimuli internal dan eksternal. Ia memiliki minat yang beragam dan luas.
  3. Sikap yang bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri. Hal inilah yang membawa pada faktor-faktor situasional yang menyuburkan kreativitas.
Berpikir kreatif hanya berkembang pada masyarakat yang terbuka, toleran terhadap ide-ide 'gila' dan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk mengembangkan dirinya.

Semoga bermanfaat.