Management by Objectives (MBO) dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. MBO adalah suatu pendekatan yang disusun dengan menekankan pada suatu pencapaian tujuan atau target dalam suatu organisasi. Dengan penerapan sistem MBO tersebut memberikan kemungkinan pada manajemen suatu organisasi untuk mengubah cara berpikir suatu organisasi untuk lebih mengedepankan pada hasil kegiatan organisasi atau laba organisasi.
Baca juga : Pengertian Management By Objectives (MBO)
Sistem MBO dapat ditetapkan dengan menerapkan berbagai program-program yang sangat bervariasi. Program-program MBO tersebut dirancang selain untuk digunakan dalam suatu kelompok kerja, dapat juga digunakan untuk organisasi secara keseluruhan. Metode-metode dan pendekatan-pendekatan yang digunakan oleh para manajer dalam menerapkan MBO akan berbeda, baik dari program-programnya maupun penekanan dari target yang hendak dicapainya.
Baca juga : Membuat Management By Objectives (MBO) Efektif
gambar : virgo96.co.vu |
Sistem MBO dapat ditetapkan dengan menerapkan berbagai program-program yang sangat bervariasi. Program-program MBO tersebut dirancang selain untuk digunakan dalam suatu kelompok kerja, dapat juga digunakan untuk organisasi secara keseluruhan. Metode-metode dan pendekatan-pendekatan yang digunakan oleh para manajer dalam menerapkan MBO akan berbeda, baik dari program-programnya maupun penekanan dari target yang hendak dicapainya.
Baca juga : Membuat Management By Objectives (MBO) Efektif
Unsur-Unsur Dalam Management By Objectives (MBO). Sebagai suatu sistem, tentunya MBO mempunyai unsur-unsur yang melekat pada dirinya. Unsur-unsur umum yang selalu ada dalam berbagai sistem (MBO) yang efektif, adalah sebagai berikut :
1. Komitmen pada program.
Program MBO yang efektif mensyaratkan komitmen para manajer di setiap tingkatan organisasi terhadap pencapaian tujuan-tujuan pribadi dan organisasi, serta proses MBO. Banyak waktu dan energi diperlukan untuk mengimplementasikan program MBO dengan sukses. Manajer pertama kali harus bertemu dengan bawahan untuk menetapkan tujuan dan kemudian untuk menilai kemajuan berdasarkan tujuan tersebut.
2. Penetapan tujuan manajemen puncak.
Program-program perencanaan efektif biasanya mulai dengan para manajer puncak, yang menetapkan tujuan-tujuan pendahuluan setelah berkonsultasi dengan para anggota organisasi lainnya. Tujuan harus dinyatakan dalam bentuk atau dengan istilah tertentu yang dapat diukur. Dengan cara tersebut, manajer dan bawahan akan mempunyai gagasan yang jelas tentang apa yang diharapkan manajemen puncak untuk dicapai, dan mereka dapat melihat hubungan langsung kerja mereka dengan pencapaian tujuan organisasi.
3. Tujuan-tujuan perseorangan.
Dalam suatu program MBO efektif, maksud penetapan tujuan pada setiap tingkatan adalah untuk membantu para karyawan memahami secara jelas apa yang diharapkan agar tercapai. Tujuan setiap individu harus ditetapkan dengan konsultasi antara individu dan atasannya. Konsultasi bersama ini akan membantu manajer mengembangkan tujuan-tujuan yang lebih realistik, dan membantu bawahan memperluas pandangan mereka tentang tujuan yang lebih tinggi.
4. Partisipasi.
Derajat partisipasi bawahan dalam penetapan tujuan sangat bervariasi. Pada satu sisi ekstrim, bawahan mungkin berpartisipasi hanya dengan kehadirannya ketika tujuan ditetapkan oleh manajemen. Pada sisi ekstrim lain, bawahan mungkin sangat bebas untuk menetapkan tujuan mereka sendiri dan metode pencapaiannya. Tapi kedua ekstrim tersebut cenderung tidak efektif. Sebagai pedoman umum, semakin besar partisipasi bersama antara manajer dan bawahan, semakin besar kemungkinan tujuan akan tercapai.
5. Otonomi dalam implementasi rencana.
Setelah tujuan ditetapkan dan disetujui, individu mempunyai keleluasaan dalam pemilihan peralatan untuk pencapaian tujuan. Dengan batasan-batasan normal kebijaksanaan organisasi, manajer harus bebas untuk mengembangkan dan mengimplementasikan program-program pencapaian tujuan-tujuan mereka tanpa campur tangan atasannya langsung.
6. Peninjauan kembali prestasi.
Manajer dan bawahan secara periodik bertemu untuk meninjau kembali kemajuan terhadap tujuan. Selama peninjauan kembali, mereka memutuskan apakah ada masalah-masalah dan bila ada, apa yang dapat mereka kerjakan untuk memecahkannya. Bila diperlukan, tujuan juga dapat diubah.
1. Komitmen pada program.
Program MBO yang efektif mensyaratkan komitmen para manajer di setiap tingkatan organisasi terhadap pencapaian tujuan-tujuan pribadi dan organisasi, serta proses MBO. Banyak waktu dan energi diperlukan untuk mengimplementasikan program MBO dengan sukses. Manajer pertama kali harus bertemu dengan bawahan untuk menetapkan tujuan dan kemudian untuk menilai kemajuan berdasarkan tujuan tersebut.
2. Penetapan tujuan manajemen puncak.
Program-program perencanaan efektif biasanya mulai dengan para manajer puncak, yang menetapkan tujuan-tujuan pendahuluan setelah berkonsultasi dengan para anggota organisasi lainnya. Tujuan harus dinyatakan dalam bentuk atau dengan istilah tertentu yang dapat diukur. Dengan cara tersebut, manajer dan bawahan akan mempunyai gagasan yang jelas tentang apa yang diharapkan manajemen puncak untuk dicapai, dan mereka dapat melihat hubungan langsung kerja mereka dengan pencapaian tujuan organisasi.
3. Tujuan-tujuan perseorangan.
Dalam suatu program MBO efektif, maksud penetapan tujuan pada setiap tingkatan adalah untuk membantu para karyawan memahami secara jelas apa yang diharapkan agar tercapai. Tujuan setiap individu harus ditetapkan dengan konsultasi antara individu dan atasannya. Konsultasi bersama ini akan membantu manajer mengembangkan tujuan-tujuan yang lebih realistik, dan membantu bawahan memperluas pandangan mereka tentang tujuan yang lebih tinggi.
4. Partisipasi.
Derajat partisipasi bawahan dalam penetapan tujuan sangat bervariasi. Pada satu sisi ekstrim, bawahan mungkin berpartisipasi hanya dengan kehadirannya ketika tujuan ditetapkan oleh manajemen. Pada sisi ekstrim lain, bawahan mungkin sangat bebas untuk menetapkan tujuan mereka sendiri dan metode pencapaiannya. Tapi kedua ekstrim tersebut cenderung tidak efektif. Sebagai pedoman umum, semakin besar partisipasi bersama antara manajer dan bawahan, semakin besar kemungkinan tujuan akan tercapai.
5. Otonomi dalam implementasi rencana.
Setelah tujuan ditetapkan dan disetujui, individu mempunyai keleluasaan dalam pemilihan peralatan untuk pencapaian tujuan. Dengan batasan-batasan normal kebijaksanaan organisasi, manajer harus bebas untuk mengembangkan dan mengimplementasikan program-program pencapaian tujuan-tujuan mereka tanpa campur tangan atasannya langsung.
6. Peninjauan kembali prestasi.
Manajer dan bawahan secara periodik bertemu untuk meninjau kembali kemajuan terhadap tujuan. Selama peninjauan kembali, mereka memutuskan apakah ada masalah-masalah dan bila ada, apa yang dapat mereka kerjakan untuk memecahkannya. Bila diperlukan, tujuan juga dapat diubah.
Unsur-unsur dasar MBO tersebut di atas, pada hakekatnya merupakan aspek-aspek pokok proses MBO.
Baca juga : Kelebihan (Nilai Positif) Dari Management By Objectives (MBO)
Sedangkan tujuan dalam MBO dapat ditetapkan dengan menggunakan metode GQM, yaitu Goal, Quetion, dan Metric. Atau bisa juga dengan menggunakan metode SMART, yaitu Spesific, Measurable, Achievable, Relevant, dan Time Specific. Dalam beberapa bidang usaha tertentu dapat ditambahkan dengan ER, yaitu Extendable dan Recorded.
Demikian penjelasan berkaitan dengan unsur-unsur dari Sistem Management By Objectives (MBO).
Semoga bermanfaat.
Baca juga : Kelebihan (Nilai Positif) Dari Management By Objectives (MBO)
Sedangkan tujuan dalam MBO dapat ditetapkan dengan menggunakan metode GQM, yaitu Goal, Quetion, dan Metric. Atau bisa juga dengan menggunakan metode SMART, yaitu Spesific, Measurable, Achievable, Relevant, dan Time Specific. Dalam beberapa bidang usaha tertentu dapat ditambahkan dengan ER, yaitu Extendable dan Recorded.
Demikian penjelasan berkaitan dengan unsur-unsur dari Sistem Management By Objectives (MBO).
Semoga bermanfaat.