Pengertian Metode Ilmiah. Metode ilmiah adalah prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi Ilmu adalah pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Menurut Senn, Metode adalah suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis. Sedangkan metodologi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut. Sehingga metodologi ilmiah adalah pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah.
Ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu atau dikatakan ilmiah adalah :
- Obyektif, artinya pengetahuan itu sesuai dengan obyeknya atau didukung metodik fakta empiris.
- Metodik, artinya pengetahuan itu diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang teratur dan terkontrol.
- Sistematik, artinya pengetahuan itu disusun dalam suatu sistem di mana satu sama lain saling berkaitan dan saling menjelaskan, sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh.
- Berlaku umum, artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh seseorang atau beberapa orang saja, tetapi semua orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten.
Pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yaitu sifat rasional dan teruji, sehingga memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusun merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.
Metode ilmiah menggabungkan dua cara berpikir dalam membangun tubuh dan pengetahuannya, yaitu :
1.Cara Berpikir Deduktif.
Cara berpikir deduktif adalah cara berpikir di mana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus, yang disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogismus disebut premis yang dibedakan sebagai premis mayor dan premis minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis tersebut.
Cara berpikir deduktif terkait dengan pengetahuan rasionalisme, yang memberikan sifat rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya. Cara berpikir deduktif berdasarkan pada kriteria kebenaran koherensi atau teori koherensi yaitu suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
Cara berpikir deduktif terkait dengan pengetahuan rasionalisme, yang memberikan sifat rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya. Cara berpikir deduktif berdasarkan pada kriteria kebenaran koherensi atau teori koherensi yaitu suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
Rasionalisme adalah paham yang berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran. Namun demikian, penjelasan yang bersifat rasional dengan kriteria kebenaran koherensi tidak memberikan kesimpulan yang bersifat final, karena meskipun argumentasi secara rasional didasarkan kepada premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya, namun dimungkinkan pula pilihan yang berbeda dari sejumlah premis ilmiah yang tersedia, yang dipergunakan dalam penyusunan argumentasi.
2. Cara Berpikir Induktif.
Cara berpikir induktif adalah cara berpikir yang menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari pernyataan yang bersifat khusus atau individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi, yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Cara berpikir induktif terkait dengan empirisme, di mana dibutuhkan fakta-fakta yang mendukung. Oleh karena itu, cara berpikir induktif berdasarkan pada kriteria kebenaran korespondensi atau teori korespondensi yaitu suatu pernyataan dianggap benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkoresponden (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Empirisme adalah paham yang berpendapat, bahwa fakta yang tertangkap lewat pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran.
Dalam metode ilmiah, pendekatan rasional digabungkan dengan pendekatan empiris. Sehingga secara rasional maka ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak.
Semua teori ilmiah harus memenuhi dua syarat utama, yaitu :
- Harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadinya kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan.
- Harus cocok dengan fakta-fakta empiris sebab teori yang bagaimanapun konsistennya, kalau tidak didukung oleh pengujian empiris, tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah.
Selain dari teori koherensi dan teori korespondensi, dalam metode ilmiah dikenal juga teori kebenaran pragmatis yang dikemukakan oleh Charles S. Pierce dan dikembangkan oleh William James, John Dewey, George Herbert Mead, dan C.I. Lewis.
Menurut teori kebenaran pragmatis :
- Suatu pernyataan dianggap benar jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.
- Metode ilmiah merupakan gabungan antara cara berpikir (logika) deduktif dan cara berpikir (logika) induktif di mana rasionalisme dan empirisme hidup berdampingan dalam sebuah sistem dengan mekanisme korektif.
Kriteria Metode Ilmiah. Agar suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut :
- Berdasarkan Fakta. Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata.
- Bebas dari Prasangka. Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih, dan jauh dari pertimbangan subyektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap serta dengan pembuktian yang obyektif.
- Menggunakan Prinsip Analisa. Dalam memahami serta memberi arti terhadap fenomena yang kompleks, haruslah digunakan prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab-musabab serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis.
- Menggunakan Hipotesis. Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan analisa. Hipotesa harus ada untuk menemukan persoalan serta memandu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai, sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesa merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti.
- Menggunakan Ukuran Obyektif. Kerja penelitian dan analisa harus dinyatakan dengan ukuran yang obyektif. Ukuran tidak boleh dengan mengira-ngira atau menuruti hati nurani. Segala pertimbangan harus dibuat secara obyektif dan dengan menggunakan pikiran yang waras.
- Menggunakan Teknik Kuantitatif. Yang lazim harus digunakan, kecuali untuk atribut-atribut yang tidak dapat dikuantifikasikan. Kuantifikasi yang termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal, ranking, dan rating. Dalam teknik kuantifikasi gunakan ukuran yang telah pasti, misalnya kilogram, meter per detik, ohm, dan lain sebagainya. Jangan pernah menggunakan ukuran yang tidak pasti, misalnya sejauh mata memandang, sehitam aspal, dan lain sebagainya.
Semoga bermanfaat.