Sisingaan Seni Penuh Atraksi (Kesenian Tradisional Daerah Subang)

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Sisingaan merupaan atraksi kesenian tradisional dari daerah Subang, Jawa Barat. Kesenian ini biasanya ditampilkan pada acara khusus, seperti penyambutan tamu agung, perayaan hari ulang tahun kemerdekaan, ataupun acara syukuran dan hajatan warga, seprti khitanan.

gambar : kemdikbud.org
Sisingaan menampilkan sepasang anak yang masing-masing duduk di tandu berbentuk singa. Ini juga yang menjadi asal usul nama Sisingaan. Tandu lalu diusung dan diarak, diiringi dengan bunyi terompet dan gendang. Atraksi Sisingaan ini memadukan tiga bentuk kesenian, yaitu :
  • Seni gerak (tari jaipong dan pencak silat).
  • Seni musik (gamelan dan gong).
  • Seni busana.
Selama prosesi arak-arakkan, para penari melakukan gerakan-gerakan silat yang dipadu dengan tari jaipong. Tak jarang mereka juga berakrobat. Akrobat yang ditampilkan tidak melibatkan unsur magis. Semuanya murni merupakan hasil latihan dan kedisiplinan para penari. Sementara itu, para musisi memainkan lagu-lagu yang sangat dikenal masyarakat dengan aransemen khas Sisingaan.

Para musisi Sisingaan memakai instrumen musik tradisional khas Subang yang terdiri dari kendang indung (gendang), kulanter (gendang), bonang (sejenis gamelan), terompet (terompet sunda), gong, kempul (semacam gong), dan kecrek yang dimainkan sambil berdiri atau berjalan. Alat musik tersebut diikat ke tubuh para pemain musik. dengan diiring alunan musik, para penari memamerkan sejumlah gerakan bela diri yang terdiri dari pasang, bangkaret, masang, gugulingan, sepakan dua, langkah mundur, gendong singa, nanggeuy singa, dan kakapalan. Biasanya kesenian Sisingaan secara rutin diselenggarakan Pemerintah Daerah Kabupaten Subang pada bulan Agustus. Kesenian ini digelar di pusat kota Subang, yaitu di ruas Jalan Otista, Ahmad Yani, dan Dewi Sartika. Ketika digelar, warga akan memadati lokasi-lokasi ini untuk menonton. Mereka semua larut dalam kegembiraan.

Sisingaan merupakan karya para seniman Subang jaman dahulu. Kesenian ini terkait erat dengan salah satu bentuk perlawanan rakyat terhadap penjajah. Dua singa yang ditandu menggambarkan penjajah, sementara pengusungnya mewakili rakyat yang terjajah. Singa sendiri adalah lambang negara Inggris.

Singa kemudian dinaiki anak kecil, Ini dimaksudkan untuk memperolok penjajah (Inggris) yang datang ke Indonesia dengan membonceng tentara Belanda. Selain sebagai bentuk perlawanan, dalam perkembangannya, ada yang menyebut Sisingaan sebagai penolak bala. Apapun tujuan dan fungsinya, Sisingaan telah menjadi salah satu bentuk keseniaan Indonesia yang patut dilestarikan. (majalah Sekar)