Jakarta adalah Ibu Kota Negara Republik Indonesia. Perkembangan yang mengatas-namakan pembangunan serta semakin banyaknya orang dari daerah yang berbondong-bondong mengadu nasib ke Jakarat, membuat suku Betawi yang merupakan penduduk asli dari Jakarta, saat ini keberadaannya semakin lama semakin terpinggirkan. Sepertinya pemerintah mesti lebih memikirkan hal tersebut.
Kebanyakan orang diluar Betawi mungkin banyak yang tidak mengenal tentang kebudayaan Betawi, termasuk makanan dan minuman tradisional Betawi yang saat ini semakin sulit ditemukan. Sebagai pengingat, berikut ini beberapa makanan dan minuman khas dari Betawi :
1. Roti Buaya.
Hampir setiap pernikahan yang mgususng adat Betawi disajikan roti buaya. Sesuai dengan namanya, roti ini berbentuk buaya dan memiliki panjang sekitar 50 cm. Maknanya adalah sebagai ungkapan kesetiaan pasangan suami isteri untuk sehidup semati yang konon terinspirasi perilaku buaya yang hanya mempunyai satu pasangan seumur hidup.
Saat ini roti buaya sulit dijumpai di toko-toko, melainkan harus dipesan dulu. Harganya bervariasi, tergantung dari besar kecilnya roti buaya yang dipesan.
2. Kerak Telur.
Ini adalah penganan khas Betawi, yang selalu muncul saat ulang tahun Jakarta. Bahan-bahan dasarnya adalah
beras ketan putih, telur ayam atau telur bebek, ebi (udang kering), parutan kelapa yang disangrai, bawang goreng, cabai merah, lada, garam, dan gula pasir.
Istilah kerak telur muncul karena dasar makanan ini adalah ketan yang disangrai hingga mengerak, lalu dilapisi dengan telur.
3. Kue Rangi.
Aroma kue rangi dan saus gula dengan nangka sangat menggugah selera. Kue rangi terbuat dari tepung sagu khusus untuk rangi, parutan kelapa agak tua, gula merah, dan garam.
4. Ketan Uli.
Ketan uli adalah penganan wajib yang harus dihidangkan masyarakat Betawi dalam sebuah hajatan ataupun saat hari raya. Penganan ini terbuat dari tape ketan, ragi tape, beras ketan putih, kelapa parut segar, dan garam yang dibungkus daun pisang. Biasanya uli ketan disajikan dengan tape ketan.
Proses pembuatan ketan uli memiliki makna yang mendalam dalam budaya masyarakat Betawi, yaitu sebagai simbol kekeluargaan atau silaturahmi yang terjalin antar keluarga. Hal ini ditunjukkan melalui pembagian tugas antara perempuan dan laki-laki dalam proses pembuatannya. Pada masyarakat Betawi, pembuatan ketan uli dilakukan menjelang lebaran. Kaum pria yang menumbuk ketan, sedang para wanita kebagian tugas memasak atau membuat ketan ulinya.
5. Kue Satu.
Kue ini terbuat dari kacang hijau yang disangrai. Bentuknya padat dan agak keras. Tapi ketika digigit, bagian dalamnya akan terasa sangat lembut dan manis. ue ini tersedia dalam berbagai bentuk dan motif, tergantung cetakan yang digunakan. Salah satu motifnya adalah bunga.
Supaya mengeras, masyarakat Betawi tradisional jarang menggunakan oven. Mereka biasa menjemurnya di bawah sinar matahari. Kue satu ini banyak ditemuai menjelang lebaran karena menjadi salah satu sajian untuk tamu yang datang bersilaturahmi. Tapi kue inipun dapat dicari di super market atau pasar tradisional yang menjajakan kue-kue.
6. Kue Cucur.
Kendati teksturnya kasar dan berminyak, kue cucur banyak disukai sebagai pendamping minum teh atau
kopi, bahkan sebagai camilan keluarga. Sensasi gula merah membuat cita rasa kue ini manis dan legit.
Serat-serat yang terbentuk pada bagian pinggir dengan tekstur kering renyah dan sedikit gosong memberi renda cantik pada kue ini. Kue cucur banyak dijual di pasar-pasar kue tradisional atau warung sekitar rumah. Banyak juga pedagang kue cucur keliling yang bisa kita jumpai di pinggir jalan.
7. Dodol Betawi.
Dodol Betawi dikenal sebagai hidangan istimewa karena hanya dibuat pada waktu tertentu, seperti lebaran dan saat acara pernikahan. Selain itu, tidak setiap orang dapat membuat dodol Betawi. Pada jaman dulu, hanya beberapa keluarga di lingkungan masyarakat Betawi yang mempunyai "kenceng", yaitu kuali besar yang terbuat dari tembaga, yang digunakan untuk memasak dodol.
Proses pembuatannya pun memakan waktu lama, sekitar tujuh jam. Jadi orang yang memasak dodol Betawi dituntut untuk memiliki kesabaran yang tinggi. Sebab selama tujuh jam, ia tidak boleh berhenti mengaduk adonan dodol sehingga pekat dan mengental. Dodol Betawi dimasak dengan api kecil yang bersal dari kayu bakar.
Hinnga kini tradisi memasak dodol Betawi masih dilakukan. Rasa dodol pun mulai beragam, misalnya rasa durian, vanila, dan lain-lain. Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat dodol Betawi adalah santan, gula cokelat, gula pasir, dan ketan putih.
8. Kembang Goyang.
Bentuknya menyerupai kembang, kering, dan renyah. Disebut kembang goyang, karena cetakannya digoyang-goyangkan saat memasak. Kue ini tersedia dalam ukuran kecil dan sedang. Ada yang membuat kembang goyang polos dan ada juga yang menaburinya dengan wijen.
Kue ini dibuat dengan menggunakan campuran tepung beras dan tepung terigu. Membuatnya gampang-gampang susah. Bila tidak hati-hati, saat digoreng kembag goyang bisa hancur. Kuncinya terletak pada cetakan. Cetakan ini harus direndam dalam minyak panas terlebih dahulu. Dengan demikian adonan kue tidak akan lengket dan dapat mudah dilepaskan.
9. Kinca Duren.
Kinca duren termasuk makanan favorit khas Betawi. sesuai namanya, kinca dure terbuat dari buah durian yang dicampur santan dan gula merah, serta diolah sedemikian rupa higga menjadi selai. Sejak jaman kolonial Belanda, makanan ini sudah ada dan disajikan saat acara adat berlangsung.
Biasanya masyarakat Betawi menikmati kinca duren bersama ketan atau roti. Kuah kinca duren yang kental dan berwarna cokelat dituangkan ke atas roti atau ketan. Cara lainnya adalah dengan mencelupkan roti atau ketan ke dalam kuah kinca duren.
Hingga kini masyarakat Betawi masih membuat kinca duren saat perhelatan besar, seperti pernikahan, acara keluarga, kitanan, dan lain-lain. Sayangnya makanan ini tidak bisa tahan lama, sehingga jarang ditemui dijual di toko-toko makanan.
10. Sayur Pucung Gabus.
Makanan ini disebut sayur, tapi lebih mirip sup atau rawon karena warnanya yang kehitaman. Bila rawon memakai daging sapi, sayur pucung gabus memakai ikan gabus. Sayangnya hidangan sayur pucung gabus sudah mulai sulit ditemukan di Jakarta. Hal ini disebabkan karena susahnya mencari ikan gabus.
Selain ikan gabus, bahan utamanya adalah pucung atau keluak. Rasanya gurih dan sedikit pedas akibat tambahan pala. Bahan-bahan lainnya adalah bawang merah, bawang putih, kemiri, cabai merah, kunyit, daun salam, dan jahe.
11. Soto Betawi.
Berbeda dari soto kebanyakan, soto Betawi mempunyai kuah yang bersantan. Soto ini bisa menggunakan daging ayam, daging sapi, babat, kikil, atau paru. Soto Betawi juga dilengkapi potongan kentang, tomat segar, daun bawang, bawang goreng, dan emping.
Makan ini paling enak disantap dengan nasi panas yang ditaburi bawang goreng dan ditemani acar timun dan wortel.
12. Bir Pletok.
Mendengan namanya mungkin anda berpikir minuman ini beralkohol. Padahal tidak. Minuman ini benar-benar bebas alkohol. Menurut cerita, pada jaman penjajahan dulu, baik orang Belanda maupun orang Jepang sering terlihat minum-minum bir di pos, sehingga membuat orang Betawi ingin melakukan hal yang sama. Akhirnya mereka membuat minuman di bumbung (selongsong bambu) yang diisi es. Bumbung yang berisi es batu yang terkocok-kocok tersebut mengeluarkan bunyi pletak pletok. Dari situlah nama bir pletok berasal.
Bir pletok dibuat dari rempah-rempah, seperti jahe, kayu manis, kapulaga, cengkeh, sereh, cabai jawa, kayu secang, dan lain-lain. Rasa dan aromanya sangat khas. Ketika meminumnya, badan akan terasa hangat akibat rempah-remapah tadi. Tak heran apabila banyak orag memamnfaatkannya saat sedang tidak fit. Minuman bisa dinikmati dalam bentuk hangat maupun dingin.
Semoga bermanfaat.