Popok Sekali Pakai Dan Permasalahannya

Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini :
Belakangan ini popok sekali pakai semakin laris di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dengan gencarnya iklan di media, baik media cetak maupun media elektronik, yang memamerkan indah dan luwesnya bayi yang merangkak atau belajar berjalan dengan memakai popok sekali pakai di tubuhnya. 

gambar : health.detik.com
Popok sekali pakai, selesai langsung buang. tidak perlu lagi cuci, seterika, dan simpan kembali di lemari. Terlihat sangat praktis. Tapi tahukah anda, membuang popok sekali pakai tanpa dibilas terlebih dahulu akan menjadi salah satu pencemar lingkungan. Biasanya kalau seorang anak buang air besar di popok sekali pakai, orang akan membuang popok sekali pakai tersebut beserta kotorannya ke tempat sampah. Hal itu sama saja dengan membuat tempat sampah menjadi septic tank terselubung. Sebagai akibatnya, air tanah disekitar kita akan dapat terkontaminasi oleh isi dari popok sekali pakai tersebut. Belum lagi penyebaran penyakit yang disebabkan karena kotoran dari popok sekali pakai tersebut. Dan yang lebih penting adalah dengan anda membeli popok sekali pakai berulang kali sama artinya anda membabat hutan hijau yang merupakan bahan dasar dari popok sekali pakai tersebut. Tanpa anda sadari, anda telah ikut andil dalam kerusakan hutan di bumi ini.

Di jaman praktis dan serba cepat ini, bisa dimengerti (tapi tidak bisa dipahami) bagaimana repotnya orang tua yang punya anak balita tanpa popok sekali pakai. Kasur mahal yang dipakai jadi berbau pesing, lantai rumah jadi kotor karena kotoran yang tercecer akibat anak yang buang air besar, dan lain sebagaimana. Tapi apakah  hal itu semua lantas menjadikan alasan pembenar dan maklum untuk penggunaan  popok sekali pakai ?

Pembelajaran kepada anak tidak mungkin dilakukan dengan instan. Pembelajaran kepada anak harus ditempuh sesuai dengan irama pertumbuhan dan perkembangannya. Melatih anak untuk buang hajat tanpa  popok sekali  pakai  juga  tidak  memakan  waktu yang singkat. Tapi  bagaimanapun pada usia 2 tahun, seorang anak telah mulai belajar menguasai kapan ia harus menahan dan kapan harus melepas hajatnya. Pemakaian popok sekali pakai secara rutin dari tahun ke tahun akan mebuat anak makin lama makin tidak terlalu peduli dengan keadaan hajatnya. Berbeda jika anak memakai celana, saat ia tidak dapat menahan membuang hajatnya, tentu tubuhnya akan basah, belepotan, dan bau. Anak akan belajar dari situ, bagaimana anak harus menahan hajatnya sampai ia menemukan tempat yang sesuai untuk melepas hajatnya. Keadaan ini juga bisa membuat orang tua mengajarkan langsung betapa pentingnya mengontrol hajat sehingga tidak merugikan banyak pihak. 

Dengan kata lain, mulai sekarang cobalah untuk tidak menggunakan popok sekali pakai. Lakukan hal tersebut secara bertahap, terutama saat di rumah. Tidak perlu takut disumpah serapahi orang lain karena kebetulan anak tidak bisa mengontrol hajatnya. Orang lain pasti akan menyadari bahwa ia masih anak-anak, dan hal itu merupakan kecelakaan bukan kebiasaan.

Semoga bermanfaat.