Istilah gurindam berasal dari bahasa Tamil - India, yaitu "kirindam" yang berarti asal mula, perumpamaan. Gurindam secara umum dapat diartikan sebagai bentuk puisi lama yang terdiri dari dua bait, tiap bait terdiri dari dua baris kalimat dengan rima yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah, atau perjanjian sedangkan baris kedua berisikan jawaban atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama.
Nilai yang Terkandung dalam Gurindam. Inti dari gurindam adalah kalimat sebab akibat dan pada umumnya berisi nasehat dan peringatan agar manusia hidup dengan jujur dan lurus. Pada umumnya, gurindam dipakai untuk mengungkapkan suatu kebenaran atau suatu nasehat. Dalam masyarakat Melayu, gurindam dapat dianggap sebagai sejenis kata mutiara yang penuh makna. Dapat dikatakan bahwa makna yang terkandung dalam gurindam adalah suatu pesan moral, yang meliputi :
- nilai moral kehidupan manusia dengan diri sendiri, seperti kearifan, kesederhanaan, kejujuran, keberanian, kewaspadaan hidup, dan lain-lain.
- nilai moral kehidupan manusia dengan orang lain, seperti kesetiaan pada sesaman manusia, kebersamaan hidup, penghormatan kepada orang lain, dan lain-lain.
- nilai moral kehidupan manusia dengan tuhan, seperti percaya pada tuhan, istiqomah, dan lain-lain.
Pengertian Gurindam Menurut Para Ahli. Gurindam merupakan sastra Melayu yang banyak dipengaruhi oleh sastra Hindu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gurindam diartikan sebagai sajak dua baris yang mengandung petuah atau nasehat. Sedangkan menurut pendapat para ahli, yang dimaksud dengan gurindam diantaranya adalah sebagai berikut :
- Raja Ali Haji, berpendapat bahwa gurindam adalah perkataan bersajak akhir pasangannya, tetapi sempurna perkataannya dengan satu pasangan saja. Sajak yang pertama adalah syarat dan sajak yang kedua adalah jawaban dari sajak yang pertama.
- Sutan Takdir Alisjahbana, berpendapat bahwa pembentukan gurindam biasanya terjadi dari sebuah kalimat majemuk, yang dibagi menjadi dua baris yang bersajak. Tiap-tiap baris adalah kalimat, dan hubungan antara dua buah kalimat itu biasanya adalah hubungang anak kalimat dengan induk kalimat. Jumlah suku kata tiap-tiap baris tidak ditentukan, demikian juga rimanya tidaklah tetap.
- Za'ba, berpendapat bahwa gurindam adalah puisi yang tidak mengandung sukatan yang tetap. Puisi ini mengandung pikiran yang bernas dan diubah dalam bahasa yang begitu indah untuk dinyanyikan bagi tujuan hiburan.
- Harun Mat Piah, berpendapat bahwa berdasarkan bentuknya gurindam merupakan sejenis puisi Melayu Lama yang tidak tentu bentuknya sama, terikat atau tidak. Bentuk yang terikat terdiri dari dua baris serangkap, dan mengandung tiga hingga enam patah kata dalam sebaris dengan rima a-a. Biasanya beberapa rangkap gurindam diperlukan untuk melengkapkan satu keseluruhan ide.
- Ismail Hamid, berpendapat bahwa gurindam berasal dari bahasa Sanskrit, yang dalam perkembangan puisi Melayu, gurindam mempunyai bentuk tersendiri dan berlainan dengan gurindam dalam bahasa Sanskrit.
Ciri-Ciri Gurindam. Gurindam mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
- terdiri dari dua baris atau larik pada setiap baitnya.
- setiap baris terdiri dari 10 sampai dengan 14 kata.
- antar baris mempunyai hubungan sebab akibat.
- mempunyai rima atau bersajak a-a, b-b, c-cc, dan seterusnya.
- pada umumnya berisi tentang filosofi hidup, kata-kata mutiara, dan nasehat-nasehat.
- maksud dari isi gurindam terletak pada baris kedua.
Jenis Gurindam. Jika dilihat dari barisnya, gurindam dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Gurindam Berkait.
Gurindam berkait adalah jenis gurindam yang bait pertamanya sangat berhubungan erat dengan bait yang berikutnya dan seterusnya.
2. Gurindam Berangkai.
Gurindam berangkai adalah jenis gurindam yang mempunyai kata yang sama pada setiap baris pertama baitnya.
Cara Memahami Gurindam. Untuk dapat memahami gurindam, haruslah dilafalkan atau dilisankan seperti halnya berbalas pantun. Dengan memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat, kita dapat melisankan gurindam dengan baik. Dengan demikian untuk dapat melisankan gurindam dengan baik ada beberapa aspek yang harus di perhatikan, yaitu :
- Lafal, yaitu cara seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa dalam mengucapkan bunyi bahasa. Dengan menguasai aspek lafal, kita dituntut untuk bisa jelas dan lugas pada setiap pengucapan bunyi-bunyi bahasa.
- Intonasi, yaitu lagu bicara seseorang dalam melafalkan bunyi bahasa. Dengan memahami aspek intonasi tersebut akan bermanfaat dalam penguasaan meninggikan atau merendahkan setiap pengucapan bunyi bahasa.
- Ekspresi, yaitu penyatuan jiwa antara gagasan sebuah teks dan perasaan yang melisankannya, menjadikan terjadinya kesatu-paduan makna yang utuh.
Ketiga aspek tersebut merupakan prasyarat dalam melisankan sebuah gurindam. Dengan memperhatikan ketiga aspek tersebut, orang yang mendengarkan pembacaan gurindam akan mudah menjelaskan diksi, menyimpulkan isi, dan mengetahui kekhasan bentuk gurindam. Diksi atau pemilihan kata suatu karya sastra bisa dipahami dalam tiga bentuk, yaitu :
- pembendaharaan kata.
- urutan kata.
- daya sugesti kata-kata.
Fungsi Gurindam. Gurindam mempunyai fungsi sebagai berikut :
- berdasarkan isinya, gurindam dapat dianggap sebagai puisi yang digunakan untuk tujuan pendidikan dan hiburan.
- sebagai sarana bagi masyarakat untuk mengekspresikan kreativitas estetika serta daya intelektual (terutama masyarakat Melayu lama) dalam memandang hal-hal yang berkaitan dengan kehidupannya.
- sebagai media komunikasi antar individu dalam masyarakat atau antar masyarakat, terutama dalam majelis-majelis yang sifatnya formal.
Gurindam Dua Belas. Gurindam dua belas merupakan susunan gurindam yang sangat terkenal karya dari Raja Ali Haji, seorang pahlawan nasional dari Propinsi Kepulauan Riau. Gurindam dua belas ini diselesaikan oleh Raja Ali Haji pada tanggal 23 Rajab 1264 H atau tahun 1847 Masehi. Gurindam ini terdiri dari 12 pasal dan termasuk dalam jenis syair petunjuk (Syi'r al-Irsyadi). Disebut demikian karena gurindam dua belas ini berisikan petunjuk serta nasehat agar dapat meraih hidup yang diridloi oleh Allah swt. Dalam gurindam dua belas, juga diajarkan tentang ilmu tasawuf tentang mengenal "yang empat", yaitu syariat, hakekat, makrifat, dan tarekat. Berikut isi dari "Gurindam Dua Belas" :
Pasal Satu
Barang siapa tiada memegang agama,
Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
Barang siapa mengenal yang empat,
Maka ia itulah orang yang ma'rifat.
Barang siapa mengenal Allah,
Suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.
Barang siapa mengenal diri,
Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri.
Barang siapa mengenal dunia,
Tahulah ia barang yang terpedaya.
Barang siapa mengenal akhirat,
Tahulah ia dunia mudarat.
Pasal Dua
Barang siapa mengenal yang tersebut,
Tahulah ia makna takut.
Barang siapa meninggalkan sembahyang,
Seperti rumah tiada bertiang.
Barang siapa meninggalkan puasa,
Tidaklah mendapat dua termasa.
Barang siapa meninggalkan zakat,
Tiadalah hartanya beroleh berkat.
Barang siapa meninggalkan haji,
Tiadalah ia menyempurnakan janji.
Pasal Tiga
Apabila terpelihara mata,
Sedikitlah cita-cita.
Apabila terpelihara kuping,
Khabar yang jahat tiadalah damping.
Apabila terpelihara lidah,
Niscaya dapat daripadanya paedah.
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan,
Daripada segala berat dan ringan.
Apabila perut terlalu penuh,
Keluarlah fi'il yang tiada senonoh.
Anggota tengah hendaklah ingat,
Di situlah banyak orang yang hilang semangat.
Hendaklah peliharakan kaki,
Daripada berjalan yang membawa rugi.
Pasal Empat
Hati itu kerajaan di dalam tubuh,
Jikalau zalim segala anggotapun rubuh.
Apabila dengki sudah bertanah,
Datanglah daripadanya beberapa anak panah.
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir,
Di situlah banyak orang yang tergelincir.
Pekerjaan marah jangan dibela,
Nanti hilang akal di kepala.
Jika sedikitpun berbuat bohong,
Boleh diumpamakan mulutnya itu pekong.
Tanda orang yang amat celaka,
Aib dirinya tiada ia sangka.
Bakhil jangan diberi singgah,
Itulah perampok yang amat gagah.
Barang siapa yang sudah besar,
Janganlah kelakuannya membuat kasar.
Barang siapa perkataan kotor,
Mulutnya itu umpama ketor.
Di mana tahu salah diri,
Jika tidak orang lain yang berperi.
Pasal Lima
Jika hendak mengebai orang berbangsa,
Lihat kepala budi dan bahasa.
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia,
Sangat memeliharakan yang sia-sia.
Jika hendak mengenal orang mulia,
Lihatlah kepada kelakuan dia.
Jika hendak melihat orang yang berilmu,
Bertanya dan belajar tiadalah jemu.
Jika hendak mengenal orang yang berakal,
Di dalam dunia mengambil bekal.
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai,
Lihat ketika bercampur dengan orang ramai.
Pasal Enam
Cahari olehmu akan sahabat,
Yang boleh dijadikan obat.
Cahari olehmu akan guru,
Yang boleh tahukan tiap seteru.
Cahari olehmu akan isteri,
Yang boleh menyerahkan diri.
Cahari olehmu akan kawan,
Pilih segala orang yang setiawan.
Cahari olehmu akan 'abdi,
Yang baik sedikit budi.
Pasal Tujuh
Apabila banyak berkata-kata,
Di situlah jalan masuk dusta.
Apabila banyak berlebih-lebihan suka,
Itulah tanda hampirkan duka.
Apabila kita kurang siasat,
Itulah tanda pekerjaan hendak sesat.
Apabila anak tidak dilatih,
Jika besar bapanya letih.
Apabila banyak mencela orang,
Itulah tanda dirinya kurang.
Apabila orang yang banyak tidur,
Sia-sia sahajalah umur.
Apabila mendengar akan khabar,
Menerimanya itu hendaklah sabar.
Apabila mendengar akan aduan,
Membicarakannya itu hendaklah cemburuan.
Apabila perkataan yang lemah lembut,
Lekaslah segala orang mengikut.
Apabila perkataan yang amat kasar,
Lekaslah orang sekalian gusar.
Apabila pekerjaan yang amat benar,
Tidak boleh orang berbuat onar.
Pasal Delapan
Barang siapa khianat akan dirinya,
Apalagi kepada lainnya.
Kepada dirinya ia aniaya,
Orang itu jangan engkau percaya.
Lidah yang suka membenarkan dirinya,
Daripada yang lain dapat disalahkan.
Daripada memuji diri hendaklah sabar,
Biar dan pada orang datangnya khabar.
Orang yang suka menampakkan jasa,
Setengah daripada syirik mengaku kuasa.
Kejahatan diri sembunyikan,
Kebaikan diri diamkan.
Keaiban orang jangan dibuka,
Keaiban diri hendaklah sangka.
Pasal Sembilan
Tahu pekerjaan tak baik, tetapi dikerjakan,
Bukannya manusia yaitulah setan.
Kejahatan seorang perempuan tua,
Itulah iblis punya penggawa.
Kepada segala hamba-hamba raja,
Di situlah syaitan tempatnya manja.
Kebanyakan orang yang muda-muda,
Di situlah syaitan tempat bergoda.
Perkumpulan laki-laki dengan perempuan,
Di situlah syaitan punya jamuan.
Adapun orang tua yang hemat,
Syaitan tak suka membuat sahabat.
Jika orang muda kuat berguru,
Dengan syaitan jadi berseteru.
Pasal Sepuluh
Dengan bapa janganlah durhaka,
Supaya Allah tidak murka.
Dengan ibu hendaklah hormat,
Supaya badan dapat selamat.
Dengan anak jangalah lalai,
Supaya boleh naik ke tengah balai.
Dengan kawan hendaklah adil,
Supaya tangannya jadi kapil.
Pasal Sebelas
Hendaklah berjasa,
Kepada yang sebangsa.
Hendaklah jadi kepala,
Buang perangai yang tercela.
Hendaklah memegang amanat,
Buanglah khianat.
Hendak marah,
Dahulukan hujjah.
Hendak dimalui,
Jangan memalui.
Hendak ramai,
Murahkan perangai.
Pasal Dua Belas
Raja mufakat dengan menteri,
Seperti kebun berpagar duri.
Betul hati kepada raja.
Tanda jadi sebarang kerja.
Hukum 'adil atas rakyat,
Tanda raja beroleh 'inayat.
Kasihkan orang yang berilmu,
Tanda rahmat atas dirimu.
Hormat akan orang yang pandai,
Tanda mengenal kasa dan cindai.
Ingatkan dirinya mati,
Itulah asal berbuat bakti.
Akhirat itu terlalu nyata,
Kepada hati yang tidak buta.
Perbedaan Gurindam dengan Pantun. Gurindam berbeda dengan pantun. Perbedaan antara gurindam dengan pantun adalah sebagai berikut :
* Gurindam :
- berisi dua baris kalimat.
- bersajak a-a, b-b, dan seterusnya.
- pada baris kalimat pertama, gurindam harus berisikan persoalan, masalah, atau permulaan. Dan baris kalimat kedua berisikan solusi, jawaban, atau akibat dari baris pertama.
- kalimat antar baris (larik) pada gurindam saling berkaitan, dan gurindam merupakan kalimat majemuk yang mempunyai hubungan sebab akibat.
* Pantun :
- terdiri dari empat baris kalimat.
- bersajak a-b-a-b.
Semoga bermanfaat.